Kalau dipikir-pikir lucu sekali berpikir
bahwa ada hari esok yang akan membahagiakan.
Pertama yang harus dimiliki adalah
keyakinan bahwa akan datang hari esok yang akan membahagiakan. Terima kasih
karena meski nggak jelas, tapi masih berpikir jernih, dan sejernih-jernihnya berpikir
di kekeruhan akal, tentu masih nggak waras.
Apa yang “akan membahagiakan”? Atau SIAPA
yang “akan membahagiakan?”
Kedua yang harus dimiliki adalah umur,
untuk hidup dan terus menunggu sampai bisa ditemukan jawabannya.
Terima kasih karena meski tidak masuk
akal, toh hal tersebut masih layak untuk dicoba dan diperjuangkan. Apalagi kalau
yang akan membahagiakan juga ternyata butuh untuk dibahagiakan. Kalau aku mati
duluan, siapa yang akan memberi ekstra kebahagiaan yang layak diperoleh seseorang
yang menungguku di hari esok yang baginya pula aku datang “akan membahagiakan”
Ketiga yang harus dimiliki adalah esok.
Terima kasih karena hari ini masih sehat, meski esok nampak sangat jauh dan tidak bisa diraba. Tapi terima kasih untuk hari ini, karena hari ini.. masih bisa disebut esok bagi hari kemarin. Konon setiap hari kita bukan manusia yang sama, karena tiap menit milyaran sel mati dan berganti.
Maka, terima kasih, untuk hari ini,
karena aku juga berbeda. Aku tahu, ada hari dimana aku merugi karena kadang aku
lebih buruk dari hari kemarin. Tapi tetap, aku ingin berterima kasih, karena
dalam hari merugi pun, aku masih diberi kesempatan untuk meraih untung. Untung
karena aku juga diberi kesempatan dan kesadaran untuk memperbaikinya, untung
karena setiap hari aku melaluinya meski prosesnya kadang
sangat buruk, misalnya menangis di kamar mandi yang pake gayung, jujur menangis di bawah shower seribu kali lebih lezat tapi buruk untuk lingkungan. Menangis di kamar mandi yang ada gayungnya, selain ramah lingkungan juga terasa budaya golongan kita. Bisa nangis lebih sendu karena suara keran yang masuk bak lebih kenceng sih.
Comments
Post a Comment