Skip to main content

Soul Purification

Ujug-ujug tahun ini pengen baca buku keagamaan yang ringan dan ga terlalu mendakik-dakik. Jatuhlah pilihan kepada kitab yang direkomendasikan sama Ustadz Oemar Mita, yap tentang menyucikan jiwa, menjernihkan hati dengan akhlak yang mulia. Soul purification yang ada di judul refer pada kitab bernama ‘Tazkiyatun Nafs’.

Pas baca buku itu… kesiksa batin karena selama ini mungkin jiwa emang terlalu kotor. Bawaannya pengen gelar sajadah, nangis tobat. Dalam hal penyucian jiwa, sebagai manusia kita tidak terikat lagi pada hal keduniawian, persoalan yang berkelindan dengan ‘ego manusia’ pun lenyap. Urusan-urusan kesehariaan semuanya teramat debu, jiwa kita yang asli hakikatnya merindukan Sesuatu yang Agung, Sesuatu yang disebutkan dengan 99 nama lainnya.

Boro-boro inget tetek bengek kerjaan, kekesalan yang belum terlepas, atau cinta sepihak yang tidak akan terbalas. Semua yang kita lakukan emang harusnya diniatkan, dilaksanakan, dan dievaluasi atas dasar karena Allah.

Selain itu, baca buku ini juga pengingat untuk ‘pasrah pada scenario Allah yang kita percayai adalah scenario terbaik untuk kita.’ Sebelum berpasrah, kita diwajibkan berikhtiar, ikhtiar itu yaa berlelah-lelah berpikir dan mengambil tindakan. Semoga saja kita tidak kehilangan kompas untuk menjaga pemahaman yang sekarang. Mau mengingatkan diri sendiri, kalau suatu saat mendadak kamu lupa rasanya takut pada Tuhan, rendah hatilah, ingatlah lagi kalau jiwa kita lebih suci dari yang kita duga, tapi pikiran kita kadang tidak sebijak yang kita pahami.

Aku sesungguhnya berharap, aku tahu kitab ini lebih awal. Meskipun setiap ganti halaman, aku nahan rasa malu karena iman masih compang-camping, dan merasa sangat miskin ilmu… Kemana aja saya selama ini? Apa karena pengen deketnya sekarang, jadi didekatkan? 

Ya Allah, untuk hal tersebut saya meminta ampunan.. اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ

“Awakening to faith is not a one-time event, but a continuously unfolding reality. The journey of faith is not a race, but a marathon of love that each person walks at a different pace.”
― A. Helwa



Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo