Kalau diingat lagi, sebenernya aku dan semua tongkronganku
memiliki paras yang bertipe sama: ramah. Tidak intimidatif. Kalau ada orang
yang mau numpang nanya, pasti kita jadi kandidat terpilih untuk jadi tempat
bertanya. Kalau ada orang asing mau minta tolong nitip barang karena mau ke
kamar mandi bentar, pasti kita dianggap orang terpercaya dan bisa diandalkan
untuk menjaga barang tersebut.
Aku yakin temen-temenku juga pernah mengalami kejadian kaya
gini… lagi diem aja, dicolek orang, padahal kita lagi membentengi diri supaya
ga dihipnotis dengan berkontemplasi dan berdzikir, kemudian kita jadi siaga, terkatakanlah “punten
neng mau nitip dulu ya.. mau ke WC bentar”…
Aku kadang suka mikir, apa ya yang bikin seseorang
memutuskan untuk nanya atau nitip barang gitu aja. Apa karena menurut penilaian
orang tersebut, kita-kita ini tampangnya shiddiq, amanah, fathonah?
Tapi seiring berjalannya waktu dan meluasnya pergaulan, ada
fenomena baru yang terjadi… Ada juga temen Instagram yang notabene yang bukan
circle friends ring 1, artinya ketemu belum, makan bareng ga pernah, ngejajanin
apalagiiii… tau-tau menyapa dan bertanya. Ada juga yang curhat, berat pula
masalahnya.
Kemudian diam-diam, aku merumuskan hipotesis, ini kayanya
muka aku permisif banget.
Agak membingungkan untuk dijelaskan, tapi ini semacam
tampang-tampang yang terlalu baik hingga akhirnya memancing nafsu orang untuk
ingin memberdayakan.
APASIH AH. Hahhaha.
Kadang suka nelangsa sendiri, kenapa sih mendekat…. Tapi ga berjodoh,
eeeeaaaaaaaaaaaaa.
Comments
Post a Comment