Salah
satu pekerjaan yang saya terima sebelum ceuceu korona hadir adalah merancang
kurikulum. Mas Nadiem (so ikrib banget), sebagi Menteri Pendidikan, tahun ini
mengusung konsep baru untuk mahasiswa dan universitas, yakni Kampus Merdeka.
Mau
cerita dikit gaes…
Tahun
lalu pas jadi asisten dosen, saya ingat susahnya mengajar mahasiswa. Beda banget
dari ngajar anak SMA.
Menurutku,
jadi pengajar yang disenangi itu mudah, tinggal kasih aja yang mereka mau. Kasih
tugas yang mudah, nilai bagus yang gampang, diskusi yang santai. Kalau semuanya
dikasih, udah pasti mereka seneng dan menyenangi si pengajar.
Tapi
jadi pengajar mahasiswa ngga gitu… esensinya justru bukan di belajar yang menyenangkan,
tapi membuat mereka senang belajar. Kalau udah gede, belajar itu banyak terjadi
pada hal-hal yang justru tidak menyenangkan. HAHAHA~
Iya
makanya sebagai konsekuensi dari membuat mereka senang belajar, adakalanya dibenci
itu pilihan yang lebih baik, wkwk.
Nah…
Aku selalu melihat mahasiswa tuh sebagai benih terbaik, ibarat kata kopi dan teh
nih.. Mereka selama SD-SMA cuma disiramin air dingin dan air hangat, jadi
wanginya dan enaknya belum keluar semua. Kalau di kampus ya wajib disiram pake
air panas (wkwk kesannya kaya tindak criminal gini ya), biar makin solid
mantapnya.
Balik
lagi ke kampus merdeka, urgensinya kenapa merdeka? Karena emang selama ini
kuliah masih berasa dipilihin, paket-paket kelas wajib apa yang harus diambil dan
ngapain aja, menjadi indikasinya.
Di
kampus merdeka, kamu bebas belajar apa saja, selama kamu BELAJAR.
Mahasiswa
diizinkan untuk ngambil kelas di jurusan lain, di kampus lain, magang, bikin
riset, pengabdian masyarakat, bikin perusahaan, lo mau ngapain suka-suka lo deh…
Konsep Merdeka menjawab persoalan bahwa proporsi mahasiswa belajar itu kebanyakan teori dan kurang praktik, jadi Kampus Merdeka pengen mahasiswa bisa ngambil inisiatif sendiri untuk memilih apa yang sesungguhnya mereka minati. Aku envy dong dengan pemupukan kemandirian dan hak memutuskan di tangan mahasiswa ini. HUHUHU~
Pas
awal tahun merancang kurikulum untuk kampus merdeka ini, jujur kesulitannya
karena banyak perkara operasional yang masih belum terdefinisi. Misalnya saja
kalau mau magang, bagaimana mendesain outcomes pembelajaran. Kemudian solusinya
saat itu, magang ini adalah bundling dari beberapa mata kuliah, sehingga ketika
magang harapannya bisa belajar beberapa hal sekaligus. Juga lebih rumit lagi,
siapa yang akan mengawasi, tentu harus punya induk semang dong, kalau ngga tar kaya
anak ayam ilang berkotek-kotek terusss.. Beban di dosen terasa makin berlipat,
mungkin ini trade-off nya. Haihhhh kok aku jadi curhat sih…
astagfirullahaladzim, emang akutuh anaknya ngga boleh banget disuruh menjelaskan
sesuatu, UJUNGNYA CURHATTTTT TEROSSSS.
Dahlah aku mau rebahan aja, simulasi menjadi bantal guling.
Sumber bacaan: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/01/kebijakan-merdeka-belajar--kampus-merdeka
Comments
Post a Comment