Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

We Should Love Math

So, this year should be the year that I go to Japan to watch Tokyo Olympic~ But then 2020 teaches me to be patient and to be grateful for what we have. Anyway… A little bit contemplation won’t hurt, right? Living in Japan myself I know that Japanese is more religious than the person that have religion (I need to spell this in Indonesia, “lebih islami daripada orang islam”). Sometimes I wonder… What makes the Japanese treat the environment, the neighborhoods, and even inanimate objects with such consideration and care? Is it their belief about God that is watching us? Is it their belief about karma? I somehow think that this relates to their strong appreciation of math (yes, you read that right, MATH). The theory of probability to be exact. They just could not believe in God or Karma. But they fully understand that we should never take things for granted. They appreciate all beings, be it human or nonhuman. Because all the good and beautiful things may perish, disappear. As ...

Tentang Menghargai Waktu

Saya kira di surga sana ada tempat khusus untuk manusia yang menghargai waktu orang lain. Indikasi ringannya yang bertalian dengan pertemuan, misalnya saja, dengan datang tepat waktu, dengan janjian terlebih dahulu sebelum pertemuan, dengan meminta maaf dan tidak membatalkan di last minutes. Saat ini saya bekerja dengan seseorang yang tak pernah absen menanyakan kapan saya bisa dihubungi, dan tentu saja beliau sedang menunjukkan bahwa beliau menghormati waktu saya. Saya sangat bersyukur memperoleh bos yang sadar rules ini. Dan saya yakin dia bisa masuk surga berlabel “orang yang menghargai waktu” Saya ingin mengucapkan, terima kasih... Meskipun mungkin ini hal yang sepele bagi beliau, tapi bagi saya sendiri, hal ini menyenangkan. Exhibit A. Leadership is knowing how to appreciate people's time :)  

Sekelebat tentang Kampus Merdeka

Salah satu pekerjaan yang saya terima sebelum ceuceu korona hadir adalah merancang kurikulum. Mas Nadiem (so ikrib banget), sebagi Menteri Pendidikan, tahun ini mengusung konsep baru untuk mahasiswa dan universitas, yakni Kampus Merdeka. Mau cerita dikit gaes… Tahun lalu pas jadi asisten dosen, saya ingat susahnya mengajar mahasiswa. Beda banget dari ngajar anak SMA. Menurutku, jadi pengajar yang disenangi itu mudah, tinggal kasih aja yang mereka mau. Kasih tugas yang mudah, nilai bagus yang gampang, diskusi yang santai. Kalau semuanya dikasih, udah pasti mereka seneng dan menyenangi si pengajar. Tapi jadi pengajar mahasiswa ngga gitu… esensinya justru bukan di belajar yang menyenangkan, tapi membuat mereka senang belajar. Kalau udah gede, belajar itu banyak terjadi pada hal-hal yang justru tidak menyenangkan. HAHAHA~ Iya makanya sebagai konsekuensi dari membuat mereka senang belajar, adakalanya dibenci itu pilihan yang lebih baik, wkwk. Nah… Aku selalu melihat mahasiswa tu...

Why I need time off

Hari ini mau menceritakan kisah ‘apaan sih ngga penting’ yang terjadi beberapa hari lalu, yang bikin aku akhirnya uninstall Instagram. Jadi jumat lalu pada malam hari, pas aku lagi main Instagram, tiba-tiba ada DM request masuk. Kalau DM request itu artinya datang dari orang yang follow aku, tapi tidak aku followback. DM nya berikut: Kemudian secara spontan yang kulakukan adalah memblokir orang tersebut. APAAN SIH NGGA PENTING. Tentu setelah sebelumnya aku screenshot. Ingatlah gaes, bagi wanita screenshot adalah SENJATA AMPUH yang (digunakan atau tidak) sifatnya adalah persiapan perang dan ketenangan batin. Setelah itu, entah kenapa pas mau tidur kepikiran….. HIDIGGGGGGHHH ampun. Ini otak disuruh istirahat ga nurut banget sama yang punya. Aku sadar banget kalau DM tersebut scam atau penipuan, tapi kok kepikiran bagaimana dia menghakimi aku sebagai seseorang yang butuh sugar daddy? Apa yang membuatnya berkesimpulan bahwa dengan wajahku yang imut jelita manja membahana ini yan...

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Los Dol Ndang Lanjut Lehmu Wasapan…

Lagu ini sebenarnya tentang perselingkuhan, tapi mengapa si penyanyi yang menjadi korban perselingkuhan, malah merelakan pasangannya untuk terus berselingkuh…. Dan bahkan bertanya apakah kuota internetnya habis untuk kemudian diberi penawaran akan diisi lagi. MATAMU PICEK A??!! Selaku seseorang yang tidak pernah berselingkuh dan (setauku) tidak pernah diselingkuhi wkwk, aku paling ngga bisa relate sama cerita perselingkuhan. UOPOOOO sih. Pun ketika ada sebuah drama korea sangat hits berjudul Married World , yang tentang perselingkuhan, aku hanya bertahan satu episode karena ceritanya sangat mudah ditebak dan kurang menggigit. Mungkin karena aku ngga pernah diselingkuhin atau ngga pernah ada perasaan takut diselingkuhin. Ngga paham juga kenapa.. Intinya… setiap orang yang mau terjun masuk dalam relationship harusnya mampu menakar bahwa risiko pasangan kita berselingkuh itu pasti ada. Yang penting kita harus tahu.. kita harus ngapain dan bisa melakukan apa saat perselingkuhan terja...

Tahun Dimana Kita Berubah Menjadi Makhluk yang Menyebalkan

Tahun ini belum berakhir, tapi lelahnya sudah terasa menjalari sekujur tubuh. Aku menulis ini sambil mendengarkan Ari Lesmana X Ananda Badudu  - Sampai Jadi Debu . Izinkan aku meringkas dalam satu paragraf pendek mengapa tahun ini mengubah kita menjadi makhluk yang menjengkelkan. Satu orang yang kita kenal dekat meninggalkan kita. Seseorang itu… Orang yang sama dengan kita, yang hari ini menyangka bahwa besok dirinya akan tetap hidup… Nyatanya meninggalkan dunia ini untuk selamanya, tanpa peringatan, tanpa persiapan, tanpa pertanda. Oh berbicara pertanda. Bau kematian di tahun ini begitu kencang. Kelelahan tukang gali makam untuk pertama kalinya menjadi headline berita nasional. Setiap kali membaca berita terkait seorang dokter yang baik, jasanya tak terhingga dan sekelumit gambaran keluarganya, aku sungguh terenyuh dan bersedih hati. Ujian kesabaran ini kian hari levelnya makin berat, seolah mendekati akhir sebuah game. Hanya saja saat ini kita tidak tahu… ada berapa level game...