Tenang… tulisan ini bukan
tugas kuliah yang naudzubillah..
Tulisan ini terinspirasi dari percakapan meeting dengan bos-bos kantor yang
ternyata sangat pandai, jenaka dan sukri (suka riweuh). 😜
Jadi maapkeun kalau bahasa dan isinya agak melenceng dari yang sepatutnya.
Siang ini sebelum sore
(yaiyalah siang itu sebelum sore, woy).. WKWK
Siang ini, saya rapat dengan
bos-bos kecil dan satu bos besar. Bos-bos kecil ini bernama Pak Bernardo Jose
Abuendios, Ibu Ursulina Luz Amarilis, Kak Carlos Erasmos Lazaro.
Iya nama mereka semua saya
samarkan dengan Bahasa Spanyol biar kalian capek bacanya, iseng banget dah gue
hari ini. 😎
Kemudian ada bos besar yang
bernama Matias Raimundo Cortes. Mereka dikenalin tapi ngga ada tujuannya,
begitu kan kadang-kadang cewe, suka tiba-tiba sebut nama orang padahal ga kenal
juga siapaaa. HAHAHA
***
Jadi... bapak dan ibu bos kemarin sedang membahas suatu kerjaan, kita beri nama kerjaan tersebut X. Selidik punya selidik, setelah sejumlah N rapat dan N+10⁴⁵ chat WhatsApp, ditemukan titik terang bahwa X harus nyinggungin covid. Tertanggal hari ini, dikerucutkan bahwa X harus berdampak ekonomi, secara spesifiknya pada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
Bos-bos kecil ter-ho’oh-ho’oh
dan ter-hoho-hihe mendapati sejumlah N rapat ternyata sia-sia karena putusan
final selalu ada di rapat yang dihadiri bos besar. Moncer sekali emang arahan
Pak Matias bukan Muchus. Aku yang kroco ini hanya mendamba, andai bos besar
ikut sejak awal, bisa mangkus dan sangkil ini rapat.. Haish tapi aku
menyingkirkan andai-andai ku menyadari belio adalah rektor gaes. Sibuknya ngga ada obat lho itu..
Lanjut! Let’s jump in the
real conversation ya!
Di postingan sebelumnya aku
sudah pernah membahas secuil tentang dampak covid-19 terhadap perekonomian
Indonesia. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang melambat (bukan hanya itu tapi
juga tercatat sebagai yang terendah sejak krismon 98/99), hingga turunnya semua
indeks sektor lapangan usaha yang dipicu oleh menurunnya konsumsi, permintaan
dan berimbas pada produksi.
Perkiraan Bappenas dan
Kemenkeu menunjukkan adanya penurunan pertumbuhan PDB sebagai dampak pandemic
covid-19. Angka prediksi penurunan PDB yang paling signifikan ada pada sektor
perdagangan (termasuk sektor horeka atau hotel restoran dan catering), penyedia
akomodasi makanan minuman, industri pengolahan, dan jasa lainnya (termasuk jasa
sosial kemasyarakatan, jasa hiburan rekreasi, jasa perorangan dan rumah tangga).
Berdasarkan data lapangan, yang paling terdampak adalah sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan. Kalau yang di lapangan ini, aku rasa
karena dampaknya secara langsung dan real-time terasa, apalagi di awal-awal
PSBB yang terjadi disrupsi logistik ituu..
Disinyalir semua dampak ekonomi ini ya konsekuensi flattening the curve. Semakin kurvanya ingin melandai, semakin ekonomi akan dikorbankan. Kemudian, supaya tahu thresholdnya sampe sebatas mana kita bisa menjaga balance di antara covid-19 dan ekonomi, Richard Baldwin menjelaskan bahwa ada kondisi dimana kita bisa bikin kurva covid landai tapi juga sekaligus bikin kurva resesi ekonomi ada dalam ambang batas aman. Pada diagram di bawah ini ditunjukkan oleh garis kuning putus-putus, dan garis hitam dimana warna tersebut artinya duka, jadi kalau yang hitam itu dilewati modar ae wes, katanya akan terjadi keresahan sosial. Jelazzzz ndak mau dong, cukup resah karena overthinking yang dibuat-buat saja, bukan karena persoalan sungguhan yaaa, HIH! 😩
Sumber slide: Bappenas (download disini) |
Lantas bagaimana strategi pemulihan
ekonomi pasca Covid-19?
Kalau menurut Bappenas, berikut poin-poin utamanya!
Dari delapan poin di atas, yang paling lancung itu perluasan
program perlindungan sosial, karena memang sedang dan sudah berjalan. Akutuh
sebenarnya paling alergi gaes kalau melihat strategi tapi ga langsung turun
indikator keberhasilannya. Jadi untuk ketujuh lainnya bagiku masih belum
ketaker gimana di lapangan, plis yaa jangan bilang indikatornya keterserapan
anggaran 💆 et... et... eta terangkanlahh!
Asupan meme bergizi penghilang strez |
Pemerintah pun menyelaraskan strategi tersebut dengan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 yang dirilis di laman Bappenasnya pada tanggal 20 Juni 2019.
gimana gaes menurut kamu? |
Apresiasi dulu untuk pemerintah yang meski
dipaido dan dihujat nonstop dia tetap lempeung! Mau bilang lurus tapi jalan
lurus kan belum tentu jalan yang benar ya. Oke kepada lambe dipersilakan, eh
salah.. kepada jari.. 💅
Yang menurutku agak fishy itu kenapa ya
targetnya pake RPJMN yang dulu, yang dibuat sebelum ada covid-19. Masihkah
relevan? Atau ini adalah situasi dimana "ah selama masih bisa dipake ya
pake aja lah yaaa..." Haih. Padahal katanya pandemi ini setara dengan
perang, har ai aa atuh, naha bet tidak sregep dan membuat what so called
unprecended policies alias kebijakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Aa mah emang suka gitu da.. Membuat Neng selalu
bertungkus lumus sendiri (?) #heh curcol aja lu.
Untungnya kementerian ekonomi kemudian
menjabarkan dukungan fiskal terhadap dunia usaha, hal itu bikin hatiku sedikit
lebih percaya kalau kita sudah mulai melangkah ke garis pemulihan ekonomi,
bukan sebatas penanganan krisis dan dampak krisis virus saja.
Memang stimulus baik untuk dunia usaha maupun untuk konsumsi bisa
menjadi trigger untuk meredam externalities negatif dari virus covid-19 ini. Akhirnyaaaa,
djeng! ALL HAIL Kemenkeu!
Akhir kata, semoga pemulihan ekonomi untuk UMKM
ini bisa tercascading indikator detailnya, dan semoga kita diberikan laporan
yang transparan dan berita gembira ya!
Terima kasih kepada bapak dan ibu bos ku yang
sudah membuatku membaca kebijakan ini, meski aku tidak tahu apakah aku menjadi
lebih bijak atau tidak setelah membacanya(?) Hehehe.
Terima kasih teman telah membaca postingan kusut ini. Kurang-kurangin jangan nih? Jangan lupa komen, biar bisa membangun. Sukur-sukur membangun rumah. 😙
Comments
Post a Comment