Hari ini cuaca bagus, sehabis sarapan
saya merenung sebentar sambil liatin genteng tetangga yang warnanya tidak rata.
Saya mengingat Pak Momo, salah satu dosen yang saya lupa beliau ngajar apaan, tapi saya ingat beliau pernah bilang “kalian tidak seharusnya ingin menjadi benar.” Selama ini kita selalu percaya
kalau dengan lebih banyaknya informasi yang kita terima, kita seharusnya
semakin berada di jalan yang benar. Tapi Pak Momo tahu sejak awal, ketika kita ‘ingin
menjadi benar’, kita mungkin telah menutup pemikiran kita, dan ketika itu tertutup,
membukanya kembali dan bahkan mengubahkan akan menjadi lebih sulit. Pak Momo memang pria visioner.
Mungkin kelak, jika aku menjadi
ibu, aku juga akan berhati-hati dalam menanamkan ide pada anakku. Dan sampai
detik ini aku masih ragu, apa sebaiknya kita tidak usah memuji anak kita “kamu
pinter nak”, karena jujur saja.. pintar atau lebih pintar itu sungguh bukan keseluruhan
nilai yang ingin saya ajarkan. Bukankah kita setuju pelabelan itu mengkerdilkan
kebijaksanaan dan menodai norma kebebasan? Yang penting kamu itu sudah
berupaya semaksimalmu, nak. Hmmm, semoga bisa tawakkal ntar ngomong
gini, takutnya iri sama anak tetangga yang les kumon. 😜
***
Siangnya ada paket datang! Wow
aku suka sekali dengan paket yang datang untukku. Kegiatan yang menurutku
paling menyenangkan selama di rumah saja adalah menerima dan membuka isi paket.
Meski tahu apa isinya, tetap saja ada perasaan seperti berjumpa dengan orang
yang telah lama dinantikan. Dag-dig-dug, seperti ada gendang yang ditabuh oleh
om-om kekar di bilik-bilik jantung.
Paketnya dari Icca, sahabat S2 ku
yang sekarang menjadi teman kerjaku. Icca memberiku hampers idul fitri yang berisi
satu set perlengkapan ngeteh cantik. Gelas, sendok, penyaring teh, 3 kaleng bermacam teh dan 1
kaleng gula batu. Barangnya lucu dan imut seperti yang nerima…. wkwk, iri
bilang bos. Sebelum idul fitri, aku juga mendapat hantaran dari Nia yang isinya
set ngeteh (gelas, coaster dan tiga macam teh dari penjuru nusantara) dan set
mandi cantik (sabun, bubble bath dan scrub). Barangnya aku suka banget, apalagi
teh karena pas banget teh itu ada salah satu teh yang aku ingin cobain tapi
males beli karena takut ga cocok, eh ternyata enak hehe.
Alhamdulillah... meski berjauhan
tapi dengan saling berbagi membuat aku merasa tetap dekat sama mereka. Rasanya
kaya mereka peduli dan bilang ‘jangan lupain aku yaaa...’ Berkah korona nomor
sekian: kita jadi bisa menunjukkan kepedulian tanpa malu-malu karena dikasih momen!
Kan karena kerja bareng terus biasanya ya susah juga untuk tiba-tiba ngasih
sesuatu, susah cari momennya, takut disangka ajal sudah dekat kalau tiba-tiba
berubah drastis jadi baik wkwk.
Mau mengucapkan terima kasih
untuk Nia Desiana dan Annisa Syaputri. You two semangat sekali ya ngabisin duit
untuk kebaikan. Patut diacungi jempol kakinya Pak Ady. 😄 😄 😄
Ada sedikit pergeseran opini
ketika dulu millennials dilekatkan dengan budaya “buy experiences, not things”,
sekarang karena experience semuanya divirtualkan, ya jelas buying things is on
hype again. Wajar sih purchase barang online memfasilitasi pengalaman berbagi
bersama teman. Bahkan aku selama di rumah saja sudah belanja keperluan menjadi
penyeduh rumahan yang hampir lumayan lengkap untuk pemula. Lagi-lagi experience
ngopi difasilitasi oleh buying things.
***
Sorenya aku berbelanja ke Tokma
untuk membeli susu Greenfield 1 karton dan sirup coklat. Aku berencana membuat
kopi susu dingin menggunakan resep yang ketika di Jepang selalu aku praktekkan.
Resep simpel hasil nyontek dari laman Buzzfeed. Aku ingat setiap hari selalu
minum kopi ketika di Jepang, karena aku dalam upaya mencoba semua minuman kopi
botolan yang diproduksi massal di Jepang. Salah dua favoritku adalah UCC
Ueshima Coffee dan Tully's Coffee. Dua kopi ini cenderung memberikan sisi manis
sih, aku suka karena hidupku sudah cukup pahit, mbok ya kopinya agak manis gitu
lho. Satu kopi lagi mendapat honorary mentioned adalah kopi kalengan merk BOSS,
rasanya macho banget deh, biasanya yang ini diminum khusus kalau lagi mau ritual
mau menjadi pembelajar sejati alias begadang dari pagi hingga pagi, biar anteng
karena energi berasa greng terus.
Dalam waktu dekat mungkin aku
akan segera Open BO nih gaes. Eits, bukan yang satu itu. Tapi yang aku maksud
adalah Open Booking Order untuk warung kopi wkwk. Jangan suudzon aja dong ntar kita
ga bisa ketemu loh kalau kamu jadi warga neraka jahanam. Hufts.
Inginnya sih karena sedang wabah,
buka dengan konsep kedai kopi ekslusif. Dalam sehari hanya akan menerima 2
orang minimal dan dibatasi hingga 5 orang maksimal. Berasa les privat deh itu
bakalan wkwk.
Lalu yang penting adalah kedisiplinan pengunjung,
sebelum datang wajib sudah mandi, tidak dari mana-mana dulu, rajin cuci tangan,
sedang tidak demam. Hmm jika diingat persyaratan datang ke sebuah kedai kopi
seekstensif ini, mungkin aku tidak akan pernah kenal kedai-kedai yang rimbanya
rapat di tiap jalan Bandung itu.
Ada satu hal yang masih ingin aku
pikirkan, karena sebelumnya pernah bilang, ingin sekali rasanya dekat dengan
semua pengunjung jika kelak punya kedai kopi… Lantas perlukah saya menyiapkan
tema-tema pembicaraan jika dirasa sudah habis bahasan kita? Karena jujur saja,
saya juga tipe yang bisa sangat pasif dan tidak peduli ketika lawan bicara saya
nyebelin atau tidak imbang. Hah kok ini persoalan kembali lagi sih ke
perenungan yang tadi pagi ☹
Astagfirullah aang, ai maneh cageur? Pemikiran kamu lagi tidak sehat. Tadi pagi ingin tidak menghakimi orang lain dengan sikap ‘tidak boleh merasa benar’, sekarang kamu malah bersikap ‘tidak peduli karena kamu bisa saja salah’
Aduh duh duh, pusing ngga sih? Bentar… Saya mau angkut diri saya ke UKS (Unit Kasur Sendiri)~
Aku rebahan dulu ya, pemirsa. 😙
Besok malam seperti biasa kita lanjut
overthinking lagi.
Wkwk, rajin kan aku. Do’akan
semoga kontennya makin baik dan bisa bermanfaat.
Tolong komen di bawah apabila
kalian ingin berbagi, saya siap memberi alamat rumah, hah HAHAHHA 😚
rebahan dulu biar besok bisa rebahan lagi |
Comments
Post a Comment