“People don’t like
love, they like that flittery flirty feeling. They don’t love 'love'— love is sacrificial, love is
ferocious, it’s
not emotive.
Our culture doesn’t
love love, it loves the idea of love.
It
wants the emotion without paying anything for it. It’s ridiculous.”
(Matt
Chandler)
Untuk
Aang,
Hari
ini aku sadar. Bahwa mungkin cinta itu bisa mewujud dalam tangisan tiga orang
anak yang menangis sepulang sekolah, yang harus kamu jemput setelah pulang kerja.
Padahal kamu lelah, dan mungkin pasangan hidupmu dan kamu sedang bertengkar
tentang hal yang sama setelah dua minggu lamanya. Kelak, mungkin cinta yang seperti
itu bisa saja terjadi. Cinta yang membuatmu jengah dan membuatmu ingin
melarikan diri, membuatmu menyesal mengapa kamu menyerah pada takdir dan
menikah saja.
Aku
harap kamu akan selalu punya tempat yang kamu sebut rumah, dan aku harap juga
kelak kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan untuk melalui masa sulit itu,
karena kamu bagaimanapun harus memilih dan melakukan sesuatu. Karena kamu
bagaimanapun harus memilih untuk melanjutkan mencintai, bahkan jika kamu
berpikir kamu tidak bahagia.
Kamu
harus ingat hari ini. Hari dimana kamu termenung, ‘seumur hidupmu’ bukanlah ‘selamanya’
dalam satuan waktu. Aku terus berdo’a semoga kelak kamu bisa mencintai dengan
versi dirimu yang paling baik, dan semoga kamu akan dicintai oleh seseorang
yang menjadikan dirinya versi terbaiknya untukmu.
Untuk
kamu,
Hari
ini, mari kita putus. Karena aku harus kembali meringankan langkahku. Kamu harus
tahu, kehidupan itu serangkaian momen ujian dan nikmat. Kadang cinta terasa
megah, kadang pun tidak. Kadang cinta terasa tidak menggembirakan, tapi bukan
berarti ia menjadi tidak penting. Dalam masa sulit seperti ini, aku seharusnya
terus mencoba untuk mencintai, dan aku memahami bahwa itu hal yang penting
untuk dilakukan. Dan aku menyadari bahwa itu hal yang seharusnya dilakukan.
Hari
ini, mari kita putus. Karena cinta tidak selalu tentang kamu. Tidak, dari awal
memang bukan tentang kamu. Tujuan awal aku menyayangi kamu bukanlah tentang
kebahagiaanmu. Aku tidak akan selalu ada di sampingmu untuk membuatmu merasa
tidak kesepian. Aku tidak ingin bersamamu hanya untuk membuatmu bahagia. Cinta
yang seperti itu…bersyarat, tidak stabil dan tidak berkelanjutan. Kamu terlalu mencintai
dirimu sendiri, dan aku mulai ragu, apakah kamu mampu mencintai orang lain.
Apakah kamu tahu apa tujuan mencintai dan menyayangi. Kamu tidak akan pernah
memilihku. Pun kita tidak pernah saling memprioritaskan satu sama lain. Kita
bersama-sama kalah oleh ego kita. Kita gagal setiap harinya.
Untuk
kita,
Aku
tahu semuanya tidak mudah. Tapi kita akan baik-baik saja. Karena begitulah
cinta. Dia adalah tentang kehendak untuk berdiri di atas egomu dan mengenyahkan
semua angkuhmu. Kita akan berkembang karena pengorbanan kita. Di era dimana uji
teori Darwin diimplementasikan, aku akan bertahan. Mungkin secara alami kita
memang sulit untuk saling mencintai. Kita sewajarnya terus berlatih untuk bisa
mempraktekkan cinta. Karena kita berdua sangat payah.
Sangat
sulit untuk mencintai orang lain di luar diri kita sendiri. Kamu harus mampu
dan terus menerus terkoneksi. Apa yang bermakna bagimu, mungkin bisa menyakiti
orang yang mencintaimu, dan orang yang mencintaimu mungkin tidak bahagia meski
bersamamu. Semoga kamu sadar, karena hari ini aku sadar, apa yang menurut kita penting hanya sanggup melayani hasrat dan kebutuhan kita, dan tidak selalu bermuara pada hidup
yang bermakna.
Kita seharusnya bisa lebih peduli. Kita seharusnya memerhatikan kesejahteraan hati satu sama lain. Bukankah kamu ingin ada seseorang di sampingmu, mendukungmu bertumbuh, berbagi dalam suka, berjuang bersama dalam duka? Lantas mengapa kita menapikkan keberadaan satu sama lain? Bukankah ketika semua dalam kehidupan ini membebanimu, cinta menjadi satu-satunya yang menguatkan?
Hari ini… aku sampai
di pemahamanku, seberapapun suksesnya aku, seberapa jauhpun aku telah
mengelana, seberapa banyak pendidikan yang telah aku tempuh, segudang
pencapaian, kebanggaan dan prestasi, semua itu tetap tak berarti dan tak
bermakna…… apa artinya hidup ini tanpa mencintai, tanpa cinta, dan tanpa
dicintai.. Aku sampai pada kesadaranku, bahwa kita tidak seharusnya merasa
kosong.
Di hadapan kematian pasti yang tak terelakkan, semua yang fana harusnya terpinggirkan dan harusnya meleleh bersama ketakutan, sehingga yang tersisa hanya cinta. Pada akhirnya, pada ujungnya, yang kita miliki hanya cinta. Yang kita punyai hanya satu sama lain. Jika aku sampai kehilangan pemahamanku dan kesadaranku akan hal tersebut, mungkin aku akan kehilangan apa yang menjadikanku ada sebagai manusia. Jika aku tak pernah mencintai bukankah sama artinya aku tak pernah hidup? Dan kita disini untuk hidup.
Meski bukan denganku, aku ingin kamu hidup. Meski mungkin akan kamu temui kekhawatiranmu. Pilihlah selalu untuk hidup, jadilah lebih baik dalam
mencintai. Kelak, aku ingin kamu menunjukkan bahwa kamu mampu mencintai, bahwa
kamu sesungguhnya mampu mengizinkan orang lain untuk mencintaimu. Pedulilah
pada orang yang mencintaimu, dan kamu harus terus mengasah kesadaranmu. Suatu saat kamu tidak akan bisa mencintai lagi, saat kamu menyadari hal
tersebut, berikan cinta dan tunjukkan kepedulianmu dalam jumlah yang lebih
banyak.
Mungkin
nanti, kita akan sampai pada waktunya, bahwa hal tersulit yang pernah kita
lalui dan kita capai adalah hal yang paling membanggakan dari diri kita. Karena
momen tersebut mengajari kita tentang siapa kita, tentang bagaimana kita
menjadi kita. Aku harap kamu akan mencoba untuk membuka hatimu. Mencoba untuk
hidup, mencintai, membiarkan orang lain mencintaimu.
Pernahkah
kamu memikirkan itu? Di penghujung usiamu…kamu telah mencintai dengan baik,
kamu telah hidup dengan baik… Bukankah itu impian yang sebaiknya kita
cita-citakan?
Di hatiku, semua yang aku inginkan adalah untuk kamu hidup dan mampu mencintai… dengan baik…. sehebat-hebatnya…..
Oh, how I wish I could be with you and see you every day! |
Comments
Post a Comment