Jam menunjukkan pukul 10.30
malam, dan belum terlintas di benakku mau nulis apa. Akhirnya membuka Microsoft
OneNote yang menjadi platform kalau lagi ingin curhat. Beberapa tulisan memang
tidak diunggah ke blog, karena sifatnya hanya murni keluhan. Tapi kali ini, akan
saya unggah salah satu catatan hati saya yang bisa dibilang GA PENTING BANGET…
Biar apa? Biar saya bisa lebih memahami, SAYA TUH KENAPAAAAA??
On a serious note, tulisan
saya di Januari 2016 ini…… adalah kisah ketika saya di perempatan jalan, bingung
karena ingin sekali S2, tapi saat itu kerja, padahal baru lulus akuuu tuhhh.. Terus
pengen bahagiain orang tua dengan bisa melakukan keduanya, sambil pacaran lalu
nikah juga. Kalau bisa abis itu punya anak yang lucu. EH EH EH BANYAK MAU AMAT
DAH.
PS. Maaf kalau catatan di
bawah kesannya bakal kaya orang ngegas gituuu, karena emang settingan standar
saya kalau lagi bingung adalah GAASSS! Tolong pas baca banyak istighfar biar
jadi pahala.. Hehe
Januari 2016
Semalam, saya membuka tahun
baru dengan mengeluh. Mengeluh bahwa tahun 2015 telah berakhir namun rasanya
begitu banyak perihal yang “sengaja tertinggal” ketimbang “benar benar
berakhir”. Terlalu banyak penyesalan yang tidak saya syukuri dan kegagalan yang
tidak saya pelajari. Maka dalam beberapa penggal tulisan ini saya akan berusaha
kembali mengulik beberapa hal yang nampaknya memberikan impact pada diri saya
di 365 hari silam. Mungkin hanya sebagai luapan hati belaka, atau mungkin dapat
menjadi salah satu usaha saya untuk bersyukur.
Berharap akan tingginya mimpi
itu boleh saja, asal mengerti bahwa kedatangan kekecewaan itu pasti.
Mungkin terdengar receh, jika
saya berkata saya justru belajar banyak akan diri sendiri dan manusia secara
general melalui sebuah kepanitian yang setahun silam saya jalani yang kebetulan
membebani saya dengan tanggung jawab yang terbilang cukup besar.
Pada masa menjalani ini, saya
akhirnya menjadi saksi atas betapa berbedanya buah pikiran manusia dengan
manusia lainnya. Betapa pola pikir dapat terbentuk secara unik tergantung
“jalan hidup” tiap manusia yang menjalaninya. Bahwa apa yang kita anggap suatu
kesalahan mungkin merupakan kebenaran bagi pikiran manusia lain. Keberagaman
pikir inilah yang mengajari saya mustahil untuk mempertahankan mimpi
perseorangan pada suatu kelompok individu. Cara sayalah yang salah dalam
men-define sebuah mimpi, bahwa mimpi yang akan bertahan mungkin justru mimpi
yang memiliki akar pada berbagai buah pikiran, bukan pada suatu akar tunggal
yang tunggang. Singkatnya there ain’t no room for selfish.
Harus saya akui justru dengan
kegetiran yang ditinggalkan pengalaman ini, sedikit banyak saya pun merasa
lebih jujur dan mengenal diri sendiri. Menurut saya pada hakikatnya manusia
justru harus mencoba mempelajari dirinya sendiri dengan melihat pribadi
lainnya, ketimbang terfokuskan akan mencari kesalahan pribadi lain yang kita
tau bahwa tak ada kuasa kita yang mampu mengubahnya. Lagipula mengapa mencoba
memperbaiki hal lain jika kepunyaan sendiri jauh dari sempurna atau bahkan
baik?
The heart apparently does not
stop that easily.
Terkadang saya malu untuk
mengakui bahwa pada tahun silamlah, saya, untuk pertama kalinya benar benar
merasakan patah hati. Pertama kalinya perkataan ‘tidak semua hal dalam hidup
bisa dimiliki’ meresap dari telinga langsung ke hati saya. Saya, yang hanya
akan memicu tawa atau guratan dahi pada orang orang terdekat saya ketika
mengetahui state saya ini, akhirnya mengerti rasa ‘sakit’. Sontak, saya seperti
ingin meraih maaf semua individu yang patah hatinya saya remehkan, saya bantah
atau bahkan saya tertawakan. Maaf..
Tidak jarang saya memandang
kebahagiaan yang saya miliki adalah fana, atau suatu abstrak yang sifatnya
sementara. Setiap kali saya berusaha menemukan suatu formula yang dapat saya
aplikasikan pada tiap bingkai hidup saya ini, agar saya selalu bahagia, gagal.
Sejajar dengan berjalannya waktu saya selalu menemukan celah untuk mengeluh dan
mempertanyakan hal yang tidak saya miliki. Konyolnya saya berpikir bahwa
kebahagiaan baru akan terwujud jika saya telah secara utuh memiliki hal-hal
yang ingin saya gapai.
Ternyata saya begitu
terbutakan akan tiap hal yang telah saya miliki dan betapa sulitnya bersyukur.
Adapun kesulitan yang saya alami untuk selalu bersyukur, saya tersadarkan akan
betapa mahalnya bersyukur. Karena hanya melalui syukur, kita akan merasa cukup
dan bahagia dengan sederhana. Semoga saja tahun ini merupakan debut diri saya
untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur.
Bismillah
----------------------------------
Jujur, ga tau kenapa banyak
sekali detail dari curhatan di atas yang saya lupa. Tapi saya ingat memang saat
itu penentuan sekali. Aang versi tahun 2016 kalut karena tidak tahu apa yang
akan dialaminya dan apa yang harus dipilihnya. Aang versi tahun 2016 pusing dan
merasa terbebani karena tanggung jawabnya terasa lebih besar ketimbang bahunya
untuk memikul. Ingin sekali rasanya memeluk diri sendiri di tahun 2016. It will
be alright, Aang. Also, it will be alright, whoever read this and had the same
emosi yang luluh lantak karena harus memutuskan sesuatu yang berat.
Untungnya saat itu saya
memilih jalan yang benar untuk terus mengasah syukur sebagai senjata di saat
semuanya terasa sulit. Selfhug! 💖
Aang versi tahun 2020 sudah sedikit
menambah persenjataan baru.
DO’A. 💝
Doa dan ikhtiar keduanya
sama-sama mulia. Namun, doa hendaknya ditempatkan di awal, ditengah dan di
akhir.
Do'a di awal ikhtiar
memastikan bahwa langkah yang kita ambil tidak keliru.
Do'a di tengah ikhtiar
menambah keyakinan kita bahwa ikhtiar kita akan berhasil karena mendapat
pertolongan dari Allah, sekaligus memberikan kesiapan terhadap apapun hasil
yang Allah berikan.
Do'a di akhir ikhtiar
mengingatkan kita, jika kita gagal, bahwa Allah lebih tahu yang terbaik untuk
kita. Namun jika kita berhasil, akan menjaga kita dari sikap sombong.
Saya jadi ingat suatu hadits:
Do'a adalah senjata seorang
mukmin dan pilar agama serta cahaya langit dan bumi (HR Abu Ya'la)
Dear Aang di masa depan, banyak-banyak bersyukur,
banyak-banyak berdo’a.
Bismillah.
Dear kamu yang membaca ini, semoga kamu bisa memahami dirimu
sedikit lebih baik agar bisa berlaku baik pada dirimu. 😄
Dear past self, thanks for trying and surviving! |
Comments
Post a Comment