Judul tersebut terinspirasi dari sebuah lagu yang hari ini diputar on repeat. Lagu dari band OK Go yang berjudul All Together Now. Lagunya ciamik dan nendang sampe ke ubun-ubun, sangat serasi dengan perasaan semua insan yang menjaga diri dari virus.
Dalam kesendirian, kita bersama-sama. Menurut lagu ini, saat ini kita sedang dalam fase kepompong (chrysalis). Analogi tersebut memberi perspektif baru dalam melihat permasalahan. Bahwa setelah pandemi berlalu, kita punya sepasang mata baru yang memandang segala sesuatu dengan cara yang tak pernah kita sangka ternyata kita bisa lakukan. Bahwa setelah pandemi berlalu, kita mungkin dianugerahi sayap untuk bisa terbang lebih jauh.
Hari ini abis baca buku Alan Waats yang berjudul The Wisdom of Insecurity. Setelah membacanya, aku jadi kepikiran… kayanya ga semua-semua harus secure. Ketika kita ngga tahu ke depannya bakal gimana, ya ga apa-apa juga gitu.
Selama
ini, mindset aku sebagai anak yang mengandrungi ilmu eksak, aku ingin semuanya
jelas dan detail. Kadang ngelunjak juga, ingin yang PASTI-PASTI AJA!
Tau
ga sih, saking aku suka sama yang pasti, aku suka cemas sendiri. Kadang aku
takut banget telat naik pesawat, atau khawatir salah ngomong atau ga bisa pas
presentasi, atau ngeri banget ada hal yang ga berjalan sesuai plan dan
briefing. Sebelumnya, kalau dalam kondisi kaya gitu aku langsung pasang sikap
bahwa the worst-case scenario is I am dead, jadi ya sudah tidak usah cemas,
selama masih hidup kita hajar aja bos, gas pol. Ternyataaa….namanya emosi itu
harusnya diperhatiin dan dikasih perawatan rutin, sama kaya onderdil yang harus
sering dibersihin dan check-up.. biar kalau rusak itu ga merembet kemana-mana,
dan kalau rusak itu ngga langsung parah.
Jadi…
Pertama harus di address atau disadari dulu, oke ini gue lagi panik nih.
Udah gitu, harus punya beberapa hal yang bisa meredakan hal tersebut. Misalnya kita
bisa melapisi dinding pikiran kita dengan kepercayaan bahwa hal-hal yang bikin
takut itu useless. Banyak yang bilang itu bisa meredam uncertainties
atau insecurities yang kita hadapi. “Ngapain sih mikirin yang ngga-ngga,
yang belum jelas juntrungannya, ngga guna ih, ngga ada untungnyaaa..”
Dalam
kasus lain, kita bisa memitigasi cemas dengan menyadari bahwa “ya udah sih
kan kita ga tau hal tersebut”… emang bener sih, hidup itu bukan pilihan
ganda, tapi sebuah essay, jadi semua kemungkinan terbuka lebar untuk terjadi
atau tidak terjadi..
(OOT
dikit, ini mengingatkan sama QS Luqman : 34, yang potongan ayatnya berisi وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا Artinya: Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.)
Bentar
kita do’a dulu… 😚
Ya
Allah, kasih aku pemahaman bahwa apa yang terjadi itu semuanya adalah
kehendakMu dan kasih aku kekuatan supaya bisa menjalankan dengan sebaik-baiknya
kehendakMu.
Lanjut
gaes!
Sebaiknya
memang ketika ada ketakutan bahwa segala sesuatu bisa berantakan, di saat itu kita
harusnya membuka pemikiran kita. Kesalahan kan bisa jadi sarana pembelajaran.
It is okayer…..to think like that.
Meski
dalam hidup ini seringnya memang manusia itu dikecewakan oleh ekspektasinya
sendiri. Dan jujur aja, aku belum bisa sih kalau sampe harus memangkas ekspektasi
hingga muncul zero expectation. Padahal harusnya begitu loh…
Berharap
sama Allah, jangan berharap sama manusia. Karena Allah pasti ngasih yang terbaik,
kalau manusia jelas punya kapabilitas untuk mengecewakanmu dan menyakitimu….. Teorinyaa
gitu.
Implementasinya?
Lagi-lagi aku orang yang masih berharap sama diri sendiri. Cuma sekarang lebih
paham, acceptance dan improvisasi itu perlu. Lalu, ketika harapan ngga
sesuai dengan kenyataan dan aku bersedih, ya itu konsekuensi karena sejak awal
aku menaruh harapan. Toh hidup ini memang serangkaian panjang eksperimen kan. Harus
optimis! Harus persisten! 👊
Source: AZ Quotes |
Comments
Post a Comment