Aku ingat sepenggal kisah yang disampaikan Paulo Coelho tentang pelajaran hidup yang bisa diambil dari pensil.
Picture by Angelina Litvin |
Pertama, pensil fungsinya untuk menulis dan bisa menyampaikan hal-hal keren yang abadi, tapi pensil akan selalu membutuhkan seseorang yang bisa membimbingnya. Kedua, penyerut pensil bikin pensil menderita untuk bisa mempertajamnya sehingga bisa berfungsi dengan lebih baik. Ketiga, pensil mengizinkan penghapus untuk mengunjungi kesalahan yang pernah dibuat, untuk kemudian dikoreksi supaya tetap berada di jalan yang dituju. Keempat, pensil terdiri dari dua lapis, lapis luar berupa kayu, lapis dalam berupa grafit karbon. Kayu merepresentasikan penampilan luar, dan grafit karbon merupakan jiwa. Yang penting supaya pensil bisa menjadi pensil adalah jiwanya. Terakhir, pensil meninggalkan goresan, maka dari itu berhati-hatilah dalam setiap tindakan karena mungkin akan membekaskan sesuatu.
Kalau
Paulo bilang manusia mewarisi sifat pensil lebih banyak dari yang kita sadari.
Aku lebih setuju bahwa manusia berbagi alur takdir dengan ‘buku’. Seperti lirik
lagu yang bilang kau terlahir bagai kertas putih. Seiring dia menjalani
hidupnya, dia menjadi setumpuk kertas.
Aku pikir
ketika kita bersentuhan dengan kehidupan orang lain, kita sedang menulis dan
tertulis di bab kehidupan buku orang lain dan di buku kehidupan sendiri.
Aku
pikir juga jika kamu mencintai seseorang, kamu seperti sedang membaca buku
favoritmu. Kamu tidak bisa lepas. Pun ketika kalian sudah berpisah, buku
favoritmu akan selalu mendapat tempat special di hatimu bukan?
Apa isi
halaman bukumu? Apakah sampulnya menarik sehingga membuat orang tertarik? Apakah
ia menarik untuk setiap orang baca? Apakah ia bermanfaat untuk pembacanya?
*
Hari
ini tanggal 31 di bulan Mei. Aku sudah menulis 31 kali di bulan ini tanpa
luput. Menarik sekali justru ketika aku merasa kosong, banyak sekali yang ingin
aku kemukakan. Mulai dari perasaan yang tidak berguna, atau hanya sekadar mengemukakan
kemarahan, sampai pada ceramah akademis yang sesungguhnya bisa menjadi batu sandunganku
kelak kalau aku mendaftar menjadi Menteri Pendidikan. Huhu
Aku
ingin bilang, kalau mulai hari ini, blog ini secara resmi akan menjadi
penyambung pikiranku. Sebagai catatan kalau aku pernah hidup dan sebagai bukti
jika kelak anakku atau anggota keluargaku ingin tahu seperti apa isi grafit
karbonku.
Akan aku usahakan untuk disiplin menulis setiap hari 😊
Picture by Mona Eendra |
*
Oiya,
akhir-akhir ini hujan sering sekali datang ya. Awal April lalu, aku sempat
ingin membuat instalasi panel surya untuk di rumah. Kemudian tergerak
keinginanku, aku membaca dan menonton referensi yang relevan. Dan sebaiknya
memang aku harus mengetahui intensitas cahaya di daerahku untuk bisa mengantisipasi
seberapa besar storage yang akan kuperlukan. Hanya saja… pada akhirnya aku
terlalu sibuk dengan pekerjaanku untuk mendetailkan semua itu. Ketika belakangan
hujan tak pernah absen membasahi tanah sini, aku sedikit tertegun. Pantes aja aku
males, pertanda kali ya kalau emang bakal ga kepake. Namun di tengah gemericik
hujan sore ini, aku berpikir mengenai mengapa PLN tidak menawarkan pilihan
hidup sustainable dengan instalasi panel surya sederhana sebagai alternatif
energi terbarukan. Oke, iya iya, lagi-lagi semuanya masih tentang profit kan.
Baiklah aku tidak mau berpikir hal tersebut lagi. Hufts, pihak swasta pantas
saja sudah saling lirik, tapi pasti masih dihalang-halangin mafia untuk konversinya,
apakah takut kehilangan monopoli pasarnya yang sudah sangat kukuh itu. Hmmm
Proyek
so-so-an apa yang pernah ingin kamu lakukan di masa pandemi ini? Aku harap
proyek tersebut bukan tentang membuat seseorang jatuh cinta ya!! Di masa tidak pandemi
saja, proyek menaklukan hati doi levelnya sesulit mewujudkan perdamaian dunia! Tapi
aku do’akan semoga chat kamu dibalas, dan kelak akan tiba saatnya cintamu yang
dibalas! 😉
Picture by Fallon Michael |
*
Hari
ini, aku menonton dua episode awal Serial Snowpiercer di Netflix. Kamu harus banget nonton
serial tersebut. Biar apa? Karena nanti aku ingin menuliskan pemikiranku
tentang serial ini..
Untuk
yang dua episode ini ada banyak yang mengganjal. Misalnya saja pertanyaan dari
sudut pandang anak teknik, mereka bikin air gimana caranya? Sintesis sendiri?
Bahan bakar ada di gerbong mana dan cukup untuk berapa tahun? Gimana bisa si
Mbak yang punya Snowpiercer itu memprediksi bencana yang berhubungan dengan es
dan menciptakan teknologi kereta yang bisa survive menahun di tengah badai es
yang membekukan dunia?
Lalu
dari sudut pandang manusia biasa. Aku ga paham kenapa orang-orang di Tail pada
awalnya diperangi tapi masih tersisa segerombolan gitu? Terus kan di kereta kelas
VVIP itu horang kayah semua isinyaaa… Jelaskan gimana caranya orang kaya itu
beli tiket Snowpiercer?? Kalau emang dunia seperti akan berakhir, kenapa ada
yang kerja di Snowpiercer? Insentif untuk mereka apa ya, bukannya kalau mereka
self-sustained, money is no longer important?
Ayo
dong siapapun yang baca blog ini, tonton yaa! Kemudian kita bisa berbagi apa
yang telah dituliskan di halamanmu dan apa yang telah dituliskan di halamanku?
*
Oiya aku
ingin berterimakasih sedalam-dalamnya kepada admin 31 Hari Menulis dan jelas kepada diriku
sendiri yang mampu menjaga komitmen. Kepada sahabat-sahabatku yang senantiasa menginspirasi. Kepada para pembaca yang mengobarkan semangat.
Hatur nuhun! Semoga ada hikmah yang bisa dipetik tiap harinya!! 😚
Comments
Post a Comment