Adakah di sini yang membaca
novel 1984 karya George Orwell? Kalau belum, aku sangat merekomendasikan!
Di novel tersebut Orwell mengisahkan Winston Smith yang hidup di Oceania. Gerak
gerik semua warganya serba dikontrol oleh teknologi dan penguasa yang disebut
Big Brother.
Datakrasi ini sedikit
banyak mengingatkan saya pada novel 1984 itu. Pertama kali mendengar konsep
datakrasi dari Mas Martin Suryajaya, seorang filsuf yang saya ikuti kelasnya
ketika karantina. Semoga aku bisa memaparkan datakrasi ini dengan bahasa yang
mudah dipahami yaaa..
Pengertian datakrasi
adalah tata pemerintahan yang semuanya pure didrive dan dikelola AI
yang basisnya big data yang berasal dari warga negaranya.
Kemudian dikatakan juga
bahwa Datakrasi ini ‘pemerintahan tanpa pemerintah’.
HAH? HAH? Kok bisa? Mulanya
bagiku terdengar sangat utopis, mikirnya EMANG ORANG YANG SEKARANG MEGANG
KEKUASAAN SEMUDAH ITU DIGULINGKAN OLEH DATA DAN TEKNOLOGI???
Seperti biasa… agak sulit
mencerna hal yang susah dikonkritkan.
Kini Indonesia maupun semua
negara lain, kemajuan teknologinya sudah bergerak ke sana. AI dan big
data membantu memberikan opsi-opsi kebijakan, bahkan hingga memilihkan
kebijakan mana yang diprediksi akan berjalan paling efektif.
Hal itu terasa sangat nyata
ketika pandemi ini. Indonesia bersama-sama berusaha memahami data.
Iya, data covid-19 apa lagi? Sebagai wargi Jabar, aku
mengikuti kegesitan Pak RK yang telaten rilis kebijakan berbasis data selama
pandemi ini. Jelas aku sangat berterima kasih karena transparansi dan usahanya
patut diacungi jempol. Ngga semua provinsi secanggih dan setanggap Jabar loh.
Datakrasi diyakini bukan
lagi utopis atau khayalan belaka, karena teknologi prakondisinya sudah ada.
Kemudian saya
bingung? Lah yang menjalankan robot
gitu apa gimana? Partai politik apa kabar? Militer kemanain dan gimana
posisinya? Kemudian DPR apa masih ada?
Justru di sini letak indahnya! Karena dia berbasis teknologi dan data. Kita ga
butuh semua itu. Karena sejatinya DPR, Parpol, dan bahkan pemerintah itu hanya
perantara untuk aspirasi dan aksi nyata program pemerintah.
Militer dan hukum ini…….
Jadi gini….. (duduk dulu monggo)
AI ini mulanya diinstal
berdasarkan norma dasar. Let’s say Pancasila dan UUD 1945.
Norma dasar ini perannya
sebagai aksioma (konstitusi). Kemudian berdasarkan data
real-time dan aksioma ini, kebijakan akan diputuskan. Kebijakan
yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat.
Rakyat nanti bisa tau,
suatu kebijakan itu dasar aksiomanya yang mana dan berdasarkan data yang mana?
Kalau terjadi kesalahan,
bisa ditulis referendum untuk menulis ulang aksioma (konstitusi) nya. Big
data nya ga bisa diubah, kalau mau ngubah big data ya elu-elu pada berubah.
Jadi, kalau emang datakrasi
ini dengan benar dan secara sungguhan dijalankan, politik akan berbasis
kejujuran dan kebenaran yang bersumber dari rakyat. Ngga akan ada korupsi
ataupun penyelewengan kekuasaan.. Mantap kan?
Terus… AI ngambil datanya
gimana? Melalui pemantauan seluruh aktivitas warganya NON STOP! Dan AI
ini berwenang untuk melakukan penarikan data pribadi loh..
HMMMM. Aku tau apa yang kalian pikirin: GA MUNGKIN…INDONESIA
GA BISA KAYA BEGITUU!
Iya sekarang aku juga masih berpikir seperti itu. Tapi mari
kita sedikit open-minded, karena hal tersebut bukan tidak mungkin cepat atau
lambat terjadi.
LANTAS… Permasalahan yang ada di Indonesia gimana?
Tentu aja banyak banget.
Pertama, seberapa siap Indonesia? Setau kita semua,
Indonesia kan sinyalnya masih empot-empotan, mau AI gimana? Belum lagi kalau
misalkan provider AInya dari luar, dan datanya bocor.. HADEUHHHHHHH. Itu
namanya negara kita diintervensi negara lain, apakah kita masih bisa disebut
berdaulat? Apalagi kalau mengingat yang e-commerce kemarin ya ☹ Data
storage is more expensive than data safety lah bagi mereka.. NGAPA BOCOR WOYYY
Kemudian, apakah kita sebagai manusia bisa dikatakan bebas
merdeka? Kalau apa-apa dipantau terus..
Lebih dalam lagi, apakah kita semua yakin bahwa apa yang
diputuskan AI ini representatif dan yang terbaik? Gimana kalau ada gerakan
kolektif yang memblurkan kebenaran? Atau misalnya…..kan Indonesia suka sekali
keributan, apakah kebijakan yang akan muncul ini berbau keributan ya? Belum lagi
kalian yang ngeh trending twitter itu isinya kotor banget! Gimana kalau negara
ini program kerja dan alokasi APBNnya malah ngga bener…spill ini spill itu……
VCS lah….Open BO lah… Sekalinya Mamah Dedeh trending malah tentang beliau
meninggal. JAHAD EMANG NETIZEN.
Kemudian permasalahan lainnya dikemukakan Pak Budiman Sudjatmiko. Mesin uap merupakan cikal bakal Revolusi Industri 1.0 itu menjadi katalis untuk kapitalisme. Namun hadirnya mesin uap selain meringankan beban tenaga manusia, juga menyisakan masalah baru: memproduksi angka kemiskinan. Begitupun adanya teknologi listrik.
TERUS?
Ketika mesin saja gagal memberi pembebasan di Revolusi
Industri 1.0, bagaimana kita bisa yakin bahwa AI tidak akan gagal dalam memberi
pembebasan di Revolusi Industri 4.0? Siapa yang mampu memberikan jaminan akan
hal tersebut?
Permasalahan yang mengerikan lainnya adalah gimana kalau AI-nya suatu saat mengembangkan kemampuan self-awareness dan ingin menguasai bumi dan juga memperbudak manusia. Aku jadi ingat dengan artikel yang aku baca, Facebook sendiri mengembangkan mesin AI… tapi kemudian mereka shut down itu mesin, karena mesin AI nya mengembangkan Bahasa sendiri yang tidak dimengerti engineernya.
HADAH HADAH~ BANYAK BANGET MASALAHNYA BAHKAN SEBELUM SEMUA TERJADI YAAA...
Source: AZ Quotes |
Ya ampun.. Topik kita hari ini berat banget deh! Semoga topik nya menarik dan menambah pengetahuan baru untuk kamu yang baca yaaa 😊
Comments
Post a Comment