Hai kamu, semoga selalu mempesona seperti kumbang-kumbang di
taman yang sebenarnya adalah hachi anak sebatang kara (wait, bukan, hachi
adalah lebah madu, hmm, ngaco ih)… Oke, oke, kalau gitu, semoga selalu
mempesona seperti tahi lalat bu Mega yang nampak konsisten dan selalu ada di
sana jika siapapun membutuhkan (naon ateuhh)
Bu Mega dengan tahi lalatnya yang mumpuni |
Akhir-akhir ini, aku menyadari banyak hal, salah satunya
bahwa, di tengah pandemi ini kesehatan mental semakin diuji sampai pada tahap
mengubah seseorang menjadi lebih dekat atau makin jauh dengan Tuhannya. Salah
duanya adalah, bahwa ketika manusia harus menghadapi dirinya sendiri, manusia
menunjukkan jati dirinya.
Banyak dari kita yang menempuh jalan-jalan kebaikan seperti mengembangkan
diri dalam hobi baru atau menekuni hobi lama yang tersita waktu kerja. Membuat
dalgona. Menjajal resep yang selama ini hanya menjadi tontonan pengiring makan.
Menonton film dan serial TV yang katanya menarik. Membaca buku yang tak pernah
diselesaikan. Rutin berolahraga supaya sehat tentrem jiwa raga. Sampai yang ngebisnisin
masker, disinfektan, hand sanitizer dadakan.
Aku sendiri menjumpai berbagai perihal the new normal ini,
mulai dari yang awalnya WFH mandi jadi ngaret banget, biasanya jam 7 udah
ngambil anduk cus bersuci. Pas awal WFH jujur saja, baru mandi jam 9-10an entah
karena apa (males ih kamu). Akhirnya sadar kalau working itu butuh feel. Jadi
untuk membangun feel-nya, membiasakan diri lagi dan menekan ego untuk ga
mengerjakan hal ngga penting dan mencoba mandi lebih awal. Baru di hari ketiga
bisa mandi di jam 7-8an.
Beberapa teman yang WFH mengungkapkan bahwa rasanya memang
work dari rumah ini tidak efektif hingga tidak produktif. Kalau di rumah
biasanya kita hanya mengerjakan pekerjaan sisa, yang bisa dikerjakan dalam
waktu 2-4 jam dan biasanya dikerjakan sambil duduk-duduk santai di ruang tamu,
di meja makan, atau di kamar sekilas lalu. Kini, saat bekerja di rumah dalam
rentang 7-9 jam bahkan lebih menjadi kebutuhan, tentu yang utama adalah niat
lurus dan meja kerja juga segala ornament yang beredar di sekitarnya. Pada hari
kedua WFH udah sadar dan langsung stand by meja dan kursi dan seperangkat alat
mencari nafkah. #thenewnormal adalah starter pack kerja diboyong semua dan
berserakan di sekitar rumah.
Kemudian di rumah juga ada adik cowoku yang kuliah. Dia pun
sama harus berkegiatan dari rumah. Dia pake meja di ruang tamu, kadang kalau
kelas online via Zoom, anaknya masih koloran padahal atasnya rapi. Hmmm.
Sungguh penistaan pada laptop yang alhamdulillah-nya belum bisa mencium bau,
memandang dan berperasaan. Uhuk.
Lalu ada adik cewekku yang duduk di bangku kelas 3 SMA.
Sepekan lalu menemukan keajaiban (kalau tidak mau disebut duka) bahwa ujian
beralih menjadi daring. Dan ujian masuk Perguruan Tinggi soalnya hanya psikotes
saja, tanpa embel-embel IPA atau IPS. Tak ayal, sindiran bahwa generasi yang lulus SMA Angkatan tahun 2020
menjadi anak-anak sekolah yang lewat ujian lewat jalur korona. sadisss ☹
Hal yang paling aku rasakan dari the new normal ini adalah
aura-aura Ramadhan yang menggelora di tiap sudut dekat rumah. Mulai dari
jalanan yang lebih sepi, warung yang mulai ogah-ogahan, pedagang kecil yang
antara ada dan tiada, wajah semua orang yang jadi lebih lemes, dan suara TV
yang kebanyakan ngomongin berita terupdate tentang sesuatu yang itu-itu saja.
Hmmm the new normal lainnya adalah orang-orang bakal lebih
putihan kali ya, oh dan kemarin aku tahu bahwa ada pertandingan bola online
yang penentuan kalah menangnya berdasarkan voting terbanyak. Hilihkintil. Mau
dibilang kurang kerjaan, tapi aku juga ikutan vote untuk Persib, meski ujungnya
kalah kita tuh hahahhahahiks ☹
Kerala tuh dimana ya Allah |
Kemarin berita duka satu lagi datang terkait kepergian salah
satu maestro musik. Duka di bumi ini sedang berkebutan, seolah mengejar
deadline untuk membuat kita terus panik dan bersedih. Kenapa sebenarnya kalau ada musisi yang pergi, kita semua bersedih? Aku mikir, ini semua karena karyanya. Mereka jagoan sekali mampu menyampaikan isi hati kita yang terkadang sangat sulit diungkapkan. Katanya, jatuh cinta dan berpacaran dengan siapapun, pasti terselip lagu Glenn sebagai OST-nya. :) Sebetulnya ada lagu yang sangat berkesan buat aku, yakni Akhir Cerita Cinta. Menurutku itu lagu perpisahan cinta paling sedih yang pernah diciptakan di galaksi Bima Sakti~ Pokoknya kalau lagi patah hati atau putus cinta, nyetel lagu ini kenceng-kenceng terus nangis sampe ingusan dan sesenggukan. Cuma mau bilang, makasih mas Glenn, karyanya udah nemenin pas lagi nangis sendirian dan berasa disampaikan semua sesak nya melalui liriknya :(
Sungguh, aku sendiri ingin mengamini perkataan Perdana Menteri Singapore, Lee Hsien Loong, kita pasti bisa menghadapinya, kita harus yakin dan bersatu. Kita harus terus percaya diri bahwa pada akhirnya kita yang berjuang ini akan menang dan segalanya menjadi kembali baik-baik saja seperti sedia kala.
Sungguh, aku sendiri ingin mengamini perkataan Perdana Menteri Singapore, Lee Hsien Loong, kita pasti bisa menghadapinya, kita harus yakin dan bersatu. Kita harus terus percaya diri bahwa pada akhirnya kita yang berjuang ini akan menang dan segalanya menjadi kembali baik-baik saja seperti sedia kala.
Oke sampai disini ajaaa untuk kali ini :) Aku
mendoakan kesehatan kamu dimanapun kamu berada, semoga kita bisa melalui ini semua
dan pada masanya bisa saling melihat senyuman menggantikan semua kemuraman ini. Hatur nuhun
guys. Sing sehat terosss ya!!
Salam anget kuku,
Comments
Post a Comment