Skip to main content

Kebijaksanaan yang Gitu-gitu aja

Sepanjang umat manusia hidup, kita berusaha menciptakan dan menyimpan kalimat bijak maupun petuah tentang hidup. Buktinya semua terukir di bebatuan di kuil Apollo, dan tergores menawan di dinding Pompeii. Ada di naskah kumpulan drama King Lear-nya Shakespeare, di cerita aneh Lovecraftian, di pepatah Erasmus dan esai filsuf favorit gw Montaigne. Sekarang semua kebijaksaan tercatat di caption instagram.

Kalau kata Churchill, kebijaksanaan itu sama kaya improvement, karena:


Hari ini gw akan membagikan beberapa kebijaksanaan para pendahulu kita. Karena semua kebijaksanaan ini gw rasa tak lekang oleh waktu dan selamanya akan relevan.
It's not what happens to youbut how you react to it that matters. - Epictetus

Jadi dulu ada sebuah cerita bahwa ada seorang ayah yang pemabuk dan memiliki dua orang anak. Kedua anak tersebut tumbuh dewasa menjadi pribadi yang berbeda. Yang satu menjadi pemabuk, yang lainnya menjadi seorang pebisnis sukses yang tak pernah mabuk. Keduanya ditanya “kenapa anda bisa menjadi seperti sekarang?” dan jawaban keduanya sama, yaitu “Ini semua karena ayah saya adalah seorang pemabuk”.

Apa yang terjadi pada seseorang, bisa jadi berefek berbeda. Tergantung dari bagaimana seseorang tersebut bereaksi terhadap sebuah peristiwa. Epictetus bilang, kita ga bisa control apa yang akan terjadi sama kita, tapi setidaknya kita bisa mengendalikan pemikiran-pemikiran kita dan bagaimana kita bereaksi. Katanya juuga kita itu tidak didefinisikan dari keberuntungan-keberuntungan kita, namun bagaimana kita bereaksi terhadap keberuntungan itu.

 A tomb now suffices him for whom the whole world was not sufficient - Alexander the Great

Juvenal juga bilang:


Kita semua memiliki satu hal yang sama bahwa kita akan mati. Ini sebenarnya pengingat untuk tidak sombong, bahkan sang penakluk pun pada ujungnya jadi remah-remah yang dimakan cacing.




Kebijaksanaan lainnya yang perlu dicamkan adalah yang ini:
A Long dispute means that both parties are wrong - Voltaire.


Kalau ada dua orang tengkar, dan lama, kemungkinan kedua orang itu salah. Iya begitulah, kadang gengsi kita terlalu besar untuk mengakui hal tersebut. Please, percaya apa kata Mbah Voltaire. Kalau gontok-gontokkan ga kelar-kelar, mungkin kalian emang sama brengseknya.

Kemudian juga ini penting guys: 

 Dah kali ya segitu aja, karena gw mau makan siang, wkwk. Itu info penting banget deh ang!


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar...

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...