Suatu pagi gw terbangun dan menyadari bahwa gw merindukan sesuatu
(tapi masih diperlukan analisis lanjut 'sesuatu' itu apa?? hehe).
Inginnya sih bisa rindu sama pacar gitu, tapi buru-buru ingat
kalau ga punya pacar. Ya sudah, kuputuskan agar kasusnya lebih
family-friendly (ngaco abis), aku memilih untuk rindu masa depanku yang belum
jelas.
Eh tapi logikanya, kamu ga bisa rindu sama sesuatu yang belum
jelas, ya ga sih? Aang di tahun 2018 bisa rindu aang di tahun 2010, tapi aang tahun
2010 ga bisa rindu aang tahun 2018. Mungkin karena imajinasiku (tahun 2010) ga
tau apa yang harus dirindukan dari diri gw di masa depan.
Hmm jadi untuk merindukan sesuatu ada syaratnya: perihalnya harus
jelas dan bisa dibayangkan. Aku juga berarti ga bisa rindu diriku di parallel
universe dimana aku lahir sebagai aang yang rajin dan suka bangun pagi? Hadeuh,
rindu syaratnya rumit juga ya.
Baiklah, aku akan merindukan hal sederhana saja.
Aku akan merindukan suasana rumahku di pagi hari, lengkap dengan
suara TV yang tidak ditonton, ocehan burung cendet ayahku dan wewangian
gorengan ibuku.
Aku akan merindukan senyum mantan-mantanku ketika kita awal
pacaran dan kencan kita berakhir dengan menyenangkan.
Aku akan merindukan guru-guruku yang mengajariku dengan cara yang
mudah dimengerti sehingga aku bisa langsung memahami pengetahun yang ingin ia
transfer.
Aku akan merindukan tawa bocah cilik, anak sanak famili ketika
lebaran tiba dan semuanya berkumpul berbincang ringan seputar keseharian yang
remeh.
Menurutmu, apakah rindu itu sebuah energi? Menurutku jawabnya iya.
Kalau jawabmu iya, lantas apakah ia bisa diubah bentuk ke energi lainnya? Atau
apakah ia bisa disimpan dan dirapikan dalam suatu gudang, mari kita sebut
gudang itu hati manusia?
Ada frase yang terkenal akhir-akhir ini, alkisah seorang fiktif
bernama Dilan berkata “Jangan rindu. Berat. Kamu ngga akan kuat. Biar aku saja”
kepada Milea, kekasihnya.
Sebenarnya apa yang membuat rindu itu berat? Lalu kalau memang
benar itu berat, mengapa Dilan justru tidak bekerja sama untuk membagi beban
rindu tersebut bersama Milea? Apakah Dilan melupakan perpindahan energi hanya
bisa terjadi kalau lokasi masih berada di sekitar sistem, jadi apakah perkataan
Dilan hanya lip service? Milea tentu
saja masih rindu, dan Dilan mungkin bisa saja punya rindu, tapi bukan rindu
yang sama yang dimiliki Milea.
Aku yakin kalau ada seseorang yang menciptakan alat ukur rindu,
rindunya Milea akan berbeda dengan rindunya Dilan, entah dari segi kuantitas
ataupun dari asal sumber energinya.
Selanjutnya, mari kita membicarakan bagaimana caranya
agar ketika seseorang rindu, rindu itu bisa dimanage dengan baik sehingga dia
tidak berat. Agak rancu juga ketika aku bilang berat, berat itu gimana? Berat
dalam artian seperti carrier buat ke gunung Himalaya? Berat seolah menyesakkan
dada, bikin mules, ga pake mencret? Atau berat yang
‘gw-ga-bisa-ngapa-ngapain-saking-rindunya’ berat?
Hadeuh. 😅
Ya sudah, mari kita sederhanakan bahwa ‘rindu itu berat, dan berat
di sini berarti sulit untuk dibawa kemana-mana’
Hmm, jadi rindu itu harus digimanain biar ga berat?
Beberapa teori menyatakan bahwa pertemuan adalah obat kerinduan.
Hal yang patut kita camkan adalah bahwa pada awalnya kerinduan muncul karena
tidak bertemu, jadi mari kita anggap obat ini sangat mahal dan untuk
mendapatkannya seseorang harus mengarungi Samudra dan bertarung melawan lanun,
sulit tingkat Zeus untuk menyembuhkan penyakit rindu ini.
Lalu gimana? 😆
Ada loh lagunya Mbak Nella Kharisma yang liriknya berbunyi “jeru rasane
jero dodo, ngerendem roso welas iki, sing kuat awak isun nyonggo, kangen hang
setengah mati” (terjemahan bebasnya:
sakit rasanya dalam dada, memendam rasa kasih ini, yang kuat ya badanku tuk
menyangga, kangen yang setengah mati). Pelajaran dari lagu dangdut yang satu
ini adalah bahwa salah satu cara memantain rasa rindu adalah dengan menguatkan
badan. Jadi, biar kuat kangennya kamu harus makan yang banyak, harus jaga
kesehatan, minum vitamin dan berolahraga teratur. Kalau kamu punya sumber daya
energi yang bisa kamu pergunakan untuk merindukan sesuatu, maka rindumu mungkin
akan terasa lebih ringan! Terdengar seperti proses perpindahan energi bagiku,
tapi selama itu mujarab, aku tak peduli.
Hal lainnya yang masuk akal untuk memantain rasa rindu adalah
dengan menyampaikan rindu itu, tentu saja Dilan bukan orang yang tepat, tapi
kita bisa mencoba menyampaikan pada alam semesta atau Sang Pencipta. Ini
terbilang mudah sih, kaya kamu beribadah terus curhat sama Tuhan kalau hari ini
kamu rindu, ga usah sampai si yang dirindukan bisa merasakan hal yang sama,
yang penting dia sehat selalu dan bisa melalui harinya dengan baik. Atau kalau
kamu anaknya agak drama queen/king, kamu bisa berbisik sama pasir pantai tentang
kerinduanmu, meminta angin untuk menyampaikan rindumu, atau mencurigai rumput yang
bergoyang di depanmu sebagai signal rindu seseorang. Banyak cara yang bisa kamu
aplikasikan.
Tadi di awal aku sudah menyinggung apakah rindu bisa disimpan
dalam ruang yang kita sebut hati? Semacam aki yang menyimpan energi? Jawabannya
menurutku bisa. Ini juga cara untuk memupuk rasa kangen agar tidak berat. Ya
kamu simpan saja bersama gundukan lemak dan di sela kolesterolmu itu. Menurutku
kalau kangennya ditimbun sampai pada ambang batas wajar, ketika bertemu nanti
kamu akan merasa kebahagiaan yang teramat sangat, mungkin sebagai bentuk
ledakan energi. Tapi ini lah cara murah dan biasa saja untuk membuat rindu
tidak seberat yang Dilan katakan, cukup dilipat di dalam hati dan dirawat agar
selalu pada batas aman.
Selain cara yang sudah kusebutkan, ada lagi satu cara yaitu
merubah energi rindu menjadi energi lainnya. Stephen Hawkings sudah berujar
bahwa everything is energy. Jadi
dengan memanfaatkan titahnya itu, kamu bisa saja membuat baso dan mie ayam dari
energi rindumu, apalagi kalau kamu sampai buka kedai, beuh ntapz 💦. Ya tapi itu
kan butuh dari sekedar rindu ya, jadi kalau realistisnya kamu bisa lah merubah
energi rindumu menjadi energi hate, dengan menebar komen-komen jahat di media
sosial, iya mungkin ini khusus bagi orang yang rindu neraka sih, wkwk.
Saranku yang paling cihuy adalah mengubah energi rindumu untuk
beres-beres rumah, untuk eksplor lingkungan sekitar, untuk berbuat baik kepada
teman, untuk nonton dan buang sampah pada tempatnya. Apa saja yang penting kamu
menghabiskan energimu itu, lalu lapar, kemudian makan dan rindumu datang lagi,
atau sampai kamu menghabiskan semua energimu itu dan kamu tertidur melupakan
rindumu.
Sekian postingan kali ini.
Dilan, aku rindu tapi ga berat kok, jadi jangan maksa menanggung
semua rindu sendirian. Kalau kamu mau menanggung sesuatu yang berat, gimana kalau kamu kerjakan tesisku saja?
Good luck, good people. 💖
Comments
Post a Comment