Ada saat dimana kita tidak perlu menoleh ke belakang. Jangan lihat lagi apa yang sudah (ikhlas) kita tinggalkan. Aku percaya, itu akan meringankan langkah, untuk menjemput sesuatu yang baru. Sesuatu yang lebih melegakan. Sesuatu yang membuat kita bersyukur, karena menjemputnya dengan tangan yang sengaja sudah dikosongkan.
Sungguh itu semua tidak semudah bernafas. Aku berdiam terlalu lama untuk menahan diri tidak menoleh ke belakang. Saat aku berhenti, waktu tak ikut menemani. Dia terus berjalan. Pilihanku, tertinggal jauh di masa lalu atau kukejar waktu dengan harapan.
Tapi kali ini kuputuskan untuk mengejar waktu, semoga tak tersandung lagi oleh bayanganmu. Mereka bilang, “kehilangan adalah perjalanan untuk menemukan. Dan menemukan adalah perjalanan untuk kehilangan. Seperti sinar bulan. Ketika menemukannya kita pun harus siap untuk kehilangannya. Begitupun ketika kita kehilangannya, kita harus siap-siap untuk menemukannya.”
Sungguh itu semua tidak semudah bernafas. Aku berdiam terlalu lama untuk menahan diri tidak menoleh ke belakang. Saat aku berhenti, waktu tak ikut menemani. Dia terus berjalan. Pilihanku, tertinggal jauh di masa lalu atau kukejar waktu dengan harapan.
Tapi kali ini kuputuskan untuk mengejar waktu, semoga tak tersandung lagi oleh bayanganmu. Mereka bilang, “kehilangan adalah perjalanan untuk menemukan. Dan menemukan adalah perjalanan untuk kehilangan. Seperti sinar bulan. Ketika menemukannya kita pun harus siap untuk kehilangannya. Begitupun ketika kita kehilangannya, kita harus siap-siap untuk menemukannya.”
Comments
Post a Comment