Skip to main content

Conference, lesson learned.

  1. Latihan sebelum presentasi. Sebelum berangkat ppt harus sudah rampung dan bisa dibawakan dalam tenggat 15 menit. Restu ibunda, ayahanda dan dosen pembimbingnda sangat penting, biar berkah jaya. Sungkem dan minta duit jajan adalah keutamaan conference. 
  2. Bikin kartu nama. Kenapa? Karena penting buat citra diri yang professional. Jadi pas sosialisasi tuh sebut nama dan sodor kartu nama, apakah ada manfaatnya? Iya namanya juga usaha buat dinotice senpai. 
  3. Hari pertama conference jadilah lintah, nempel siapapun. SKSD aja, kali aja nemu jodoh kan? Sapatau calon mertua kamu yang berprospek ada disini? Bebet bobot bibit sudah terkonfirm kalau nyari di sini. 🙈 
  4. Pas presentasi, anggap aja kaya pas di kelas. Tenang, kebanyakan orang ga akan nanya untuk menjatuhkan, mereka feedback-oriented. Ada sih professor yang nanyanya susah, tapi kalau emang susah bets bilang aja, “maaf itu tidak menjadi bagian dari riset saya, saran anda akan saya pertimbangkan untuk riset kedepannya.” They will happy just with that. 
  5. Sambil nunggu acara berakhir, datanglah ke presentasi yang sesuai dengan research interest mu. Selain menambah insight juga sebagai ajang mencaritahu siapa saja sih orang yang tertarik riset tersebut, kali aja bisa membangun wahana join riset. Itu saran pembimbingku sih. 
  6. Cara berkenalan? Kiranya kita tau ada orang ngobrol pake Bahasa Indonesia, langsung aja samber “Indonesia ya? Dari mana asalnya?”, pembicaraan akan mengalir dengan sendirinya. Aku sempet takjub juga sih, saking mengelompoknya orang Jawa, Bangkok pun berasa kaya Solo. 
  7. Kalau kenalan ama bule gimana? Inget-inget kalau orang pencinta ilmu dimanapun berada adalah manusia yang baik. Jadi buang jauh rasa minder dan tepiskan inferiority complex. Sejahat-jahatnya mereka teteup masih jahatan Bawang Merah sama ibunya. Btw they will be grateful if you are asking to take a picture with them. A wefie wouldn’t hurt. 
  8. Saran dosenku sih deketin keynote speaker karena biasanya doi punya akses ke jurnal. Hanya saja, beliau memang popular dan rakyat jelata kaya kami ga kebagian timing yang pas buat bicara dari hati ke hati. 
  9. Sempatkan bertanya pada panitia bagaimana teknis pemilihan published jurnalnya. Ini penting, karena pas balik ke Indo, pasti ditanyain ama dospem lau. 
  10. Percayalah, ga semua orang punya tujuan yang sama di conference. Aku taksir 83,76% niat utamanya adalah jalan-jalan. Soalnya, pertanyaan basian yang ga pernah absen dari meja percakapan adalah “Kamu udah kemana aja nih di Bangkok?”. Luruskan niat, wahai Saudaraku. 
  11. Kan venue biasanya di hotel tuh, kami sarapan seadanya karena nyari makanan halal susah, dan ya udah kami kan anak kosan bets. Makan disana dipuas-puasin, dan rotinya dibungkus. Jangan lupa untuk nanya-nanya dulu dan liat-liat tag nama makanan, karena kemarin sempet ada daging babi, dan ada yang apes ga bisa makan karena sendoknya kecampur. Alhamdulillah nya, aku sama temen-temenku udah ngambil makanan sebelum sendok itu kecampur. Bismillahin aja sebelum makan, insya allah halal. 
  12. Jangan kaget kalau makin sore makin sepi pengunjung. Yang pada jalan lah, yang balik ke hotel karena lelah, yang males. Hanya saja, kalau kamu newbie ada baiknya stay, sebosen apapun, mabal adalah perbuatan tercela Nak. 
  13. Terakhir, walaupun lagi conference jangan lupa ibadah buat muslim. Karena di venue ga ada musola, kalian bisa solat di tempat yang nyempil-nyempil yang kira-kira bersih. Kiblatnya ngadep kemana sajalah, Allah kan bisa kita temui dimana saja, daripada bingung mainin kompas. 
  14. Eh satu lagi, semua dokumen saat conference harus dirapikan, karena untuk reimburse dana riset, banyak data yang dibutuhkan seperti sertifikat presenter di conference, registration receipt, form peer review, yang begini langsung dimasukkan ke map. 
Semangat dan selamat untuk kalian yang mau conference! 💪💪💪

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...