Saya menganggap sebuah kota itu seperti seorang
perempuan. Ngga cukup sehari untuk mengenalnya. Dia selalu berubah, tapi
feelnya tetap sama. Perlu waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Kadang
membuat kesal, tapi punya pesona yang membuat kita ingin tetap tinggal.
Selama 23 tahun saya hidup, saya tinggal terbilang cukup
lama di 3 kota. Cikampek, Bumiayu, dan Bandung.
Saya pernah baca indeks kebahagiaan sebuah kota diukur
dari beberapa variabel yang mereleksikan kebahagiaan individu, diantaranya ;
pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kondisi
kesehatan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang,
kondisi lingkungan, dan kondisi keamanan.
Variabel tersebut sudah sangat kompleks. Kali ini saya
akan menilai sebuah kota dari indeks kebahagiaan saya sendiri. Saya akan
menakar kebahagiaan dari segi bagaimana karakteristik orang-orangnya, makanannya,
hiburannya, dan surprise elementnya.
Surprise element itu kaya nilai tambah, yang sifatnya ngga diduga tapi
menyenangkan untuk dialami. Berikut uraian sederhananya.
Kota favorit saya Bandung. Kalau kota ini perempuan, dia
adalah kekasih terhebat. Hipster memang, tapi nyata. Kenyamanan memang ngga
bisa dibohongi. Anggun, seksi, dewasa, ngangenin, dan paling penting, dia
pandai menyesuaikan diri pada keadaan.
Pada awal-awal saya datang ke Bandung, saya sering pilek
karena udaranya yang dingin. Lama kelamaan sih, bisa beradaptasi, beredar tanpa
jaket sudah biasa.
Let’s see.. Pribumi dan non-pribumi keduanya ramah,
sesama orang asing bisa saling tersenyum. Dan yang ajaib mereka ngga nanya “mau
kemana?” atau “abis darimana?”(saya kurang suka ditanya hal-hal macem gitu sama
orang yang 1. Ngga tahu nama saya 2. Tahu nama saya, tapi ngga pernah ngobrol
sama saya lebih dari 5 menit). The pople checked!
Tahun-tahun berikutnya, beuh. I have nothing to complain.
Spot-spot hiburan memadai. Food court berhamburan dan enak kurang ajar.
Entertainmentchecked. Food checked.
Ya kadang memang shit happens. Macet. Nyebrang susah.
Lampu merah lama. Hujan mulu. Tapi ngga masalah, karena tercover sama
kebaikan-kebaikan lainnya.
Yang paling nightmare mungkin macet pas weekend ya, tapi
orang Bandung sendiri udah pada sadar dan bangun dari nightmare tersebut,
unless mereka punya urusan yang worth the traffic, mereka kebanyakan milih diem
di rumah. Nonton, selimutan, minum coklat anget, cocok sama suasana Bandung yang
bawaannya pengen gelendotan di bantal guling 24 jam sehari.
Dan kadang hal-hal yang buruk justru jadi wadah buat
beberapa orang nunjukkin random act of kindness. Kaya pas nyebrang susah, warga
Bandung yang bawa mobil mempersilakan kita menyebrang dengan gesture tangannya.
Surprise element checked.
Kamu mungkin mulai bertanya : Is this a matter of perspective?
Are you being subjective?
I don’t care, that’s how I feel.
I tell you, Bandung always have a reason to be loved by
everyone. It’s a city that will make you fall in love after all.
Kota kedua favorit, Bumiayu. Semua kota di daerah Jawa
nuansanya sama persis. Hangat seperti sebuah pelukan, tapi ada saatnya orang
ngga pengen dipeluk. Kadang pelukannya bikin gerah atau justru hampir menyesakkan.
Ibarat perempuan, Bumiayu adalah sahabat karib. Dia menyenangkan, selalu
tersenyum, bersiap menyapa kita, mengatakan kalau semuanya baik-baik saja.
Pribuminya berbudaya. Tata krama jadi pedoman dalam
bersikap. Pada yang lebih tua menghormati, pada yang lebih muda menyayangi.
Perempuan dan lelaki bisa mengasah inner beauty di tanah Jawa, karena memang
mereka hanya peduli dengan tingkah laku seseorang. People checked.
Hanya saja masalah dari kota kecil itu kurang hiburan,
jadi dulu pas saya libur ngga tahu harus pergi kemana. Ya bisa sih pergi ke
kabupaten, mlaku-mlaku nang kota gitu kan. Tapi aksesnya jauh, tempat wisatanya
juga banyak yang datengin, ngga ada ekslusivitas, apalagi kalau musim libur,
tumplek di situ. Mungkin seleranya beda ya, saya sih ngga suka pas liburan
main, karena terlalu rame dan malah jadi ngga bisa nikmatin. Entertainment
so-so..
Kalau makanan dari Bumiayu itu banyak yang masih
tradisional, dan anehnya ngga populer dimanapun selain di Bumiayu (atau mungkin
daerah Banyumasan ya). Kaya gorengan dage, sogol, mie konyol, ketan pencok..
untungnya saya bukan picky eater, jadi apapun itu kalau lidah bilang yes, saya
bilang enak. Food checked.
Terus nih yang paling berkesan adalah kekeluargaannya.
Jadi satu sama lain tuh saling ngakuin, ngga ada sombong-sombongan, makanya
kalau ada orang Jawa dimanapun itu tuh ngakunya kaya ketemu tetangga gitu..
salah satu karakter orang Jawa kali ya. Dan karena itu pula kalau ada masalah
satu, semua tuh bahkan satu desa bisa tahu. Setelah tahu, mungkin sebagian
orang ada yang ngomongin ngga jelas gitu, ada juga yang memang mengulurkan
bantuan. Terus yang asik lagi adalah adat yang suka nganter-nganterin makanan
pake rantang, kadang kalau ada syukuran, atau musibah, atau lagi hari besar,
pasti sekampung tuh pada sibuk anterin makanan, pake rantang gitu kan..
sekampung makanannya nih pasti sama, saya suka mikir kenapa ngga sekalian aja
pada makan besar gitu bareng-bareng.. surprise element orang Jawa itu sama kaya
orang Bandung, banyak kebaikan yang dilakukan random oleh dan pada orang asing.
Orangnya pada baik kebangetan, saya sampe takjub kadang. Ngga ngerti lagi kok
bisa sih tulus gitu.
Contohnya aja pas saya awal hidup di Bumiayu kan masih
ngga ngerti bahasa Jawa, diajarin sama temen bahkan sama guru-gurunya. Terus
juga padahal belum kenal diajakin main ke rumah, dan biasalah, makan gitu
kan...terus ibunya temen saya tuh maksa banget kaya “pokoknya kalau kamu ngga
makan nih, ngga boleh temanan lagi nih ya... ngga boleh main kesini lagi
loh...”, tapi bilangnya sambil ketawa-ketawa gitu. Ya akhirnya makan dan enak
luar biasa. Surprise element checked.
Ada beberapa cerita lucu ketika belajar bahasa Jawa.
Suatu ketika temen saya mau ngajak ke kantin, dia
tiba-tiba bilang, “ang kamu bawa sangu kan?”, saya ngertinya sangu itu nasi
dari bahasa sunda. Saya bilang, “ngga bawa. Emang harus bawa sangu ya?”. Terus
dia bingung, “loh kamu nanti jajannya gimana?” Saya bingung. “Ya kan saya bawa
uang jajan.” Terus dia ketawa, “ang sangu itu uang jajan.” Okay..
Kali lain temen saya yang juga dari sunda bingung, kan
lagi bertamu ke rumah temen yang jawa gitu. Terus si tuan rumah bilang, “Ombe
disit rah..” Temen saya bingung terus mikir kaya “Hah saya kok suruh cebok?”,
karena ombeh itu cebok di dalam bahasa sunda, terus kan dia bilang, “saya udah
ombeh kok.” Yang denger jadi bingung sambil senyum ngga jelas. Terus akhirnya
dia ngaku kan, “saya ngga ngerti sih kamu bilang apa, soalnya ombeh itu setahu
saya artinya cebok.” Pada ketawa deh.
Ckck, hidup dengan perbedaan bahasa dan budaya kadang
merepotkan, tapi selalu ada sesuatu yang bisa kita pelajari.
Next. Cikampek.
Cikampek memang bukan kota yang paling saya senangi meski
saya tinggal lebih lama di sana. Cikampek nampak seperti seorang kakak
perempuan. Lebih banyak terasa menyebalkannya, tapi selalu ada setiap saat,
always get your back when you fall. But sometimes you always berantem tanpa
sebab akibat. Kemudian ada masanya seseorang tuh harus pergi, hanya untuk tahu
bahwa kota itu ngangenin dan pengen balik lagi. Nope. Cikampek ngangenin karena
keluarga saya tinggal di sana. God, I hate to think that later my kids will
tell people that ‘kampung halamanku di Cikampek.’ (and what’s with the concept
that kampung halaman is where your grandfather or grandmother live?)
I dont really know how to say about how I feel. It has
some familiarity, like sense of belonging, or like you’ve been here forever.
Cikampek itu kebanyakan pendatangnya, pribuminya beberapa
dan itupun kalau dirunut ya pendatang juga. Ada yang dari jakarta, sunda, jawa,
padang, macem-macem lah. Makanya sifatnya beda-beda banget, ngga bisa
digeneralisir, ada yang jutek, ada yang ramah, ada yang cuek tapi diem-diem
peduli, ada yang so peduli tapi ngga bener, ya gitulah.. Bisa dibilang
peoplenya so-so lah.
Kalau soal makanan, enak-enak aja kalau kita nyari. Tapi
yang saya suka bingung adalah cikampek ngga punya makanan khas gitu, jadi kalau
temen-temen minta dibawain oleh-oleh suka bingung sendiri. Ya makanan di
Cikampek itu makanan hasil warisan yang dibawa dari tanah yang berbeda. Food
checked.
Spot hiburan masih jarang. Jadi Cikampek ini terletak di
pinggirannya Karawang, dan lebih dekat ke Purwakarta. Untuk berwisata lebih
enak main ke Purwakarta sih, karena lebih adem dan sifatnya outdoor. Kalau di
Karawang panas gila, mainnya juga mall-mallan aja.. jadi entertainment di
cikampek itu nothing. Hanya saja perlu diingatkan kalau keluarga saya tinggal
di Cikampek, so most of the times it means everything. Walaupun ngga jalan
kemana-mana, diem aja di rumah sama keluarga ya termasuk hiburan juga.
Entertainment checked.
Kebaikan di Cikampek itu barang langka. Saya yakin cuaca
cikampek yang panas ikut campur dalam sisi emosional masyarakatnya. Orangnya rada
sensian gitu. Tapi ada juga orang baiknya, rata-rata tuh orangnya kalau
dibaikin ya baik, tapi kalau sekalinya dibikin kesel, nyolotnya ya ampun kaya
monyet lagi PMS. Jangan coba-coba deh. The people so-so lah ya.. tergantung
kamu membawa dirinya gimana, dan nasibmu ketemu orang yang gimana.
Terus yang penting juga Cikampek ini rumah bagi
sahabat-sahabat saya pas SMA. Jadi meski suhu di cikampek kaya neraka KW super,
saya merasa saya punya people tersendiri di sini. Ya walaupun jumlahnya hanya
tinggal sekitar 20an.
Surprise element sendiri memang jarang saya temukan, tapi
kalau mau menggali makna ya bisa aja sih ketemu. Ngobrol sama orang asing
kadang di cikampek itu menakutkan, soalnya wajahnya kaya yang kesel gitu
(padahal mungkin cuma kepanasan). Kebanyakan juga orang sini itu kaya kesepian,
saya beberapa kali nemu orang yang kesannya pendiem banget, pas ngobrol
panjangnya ngga kira-kira, apalagi namanya kalau bukan kesepian. Tipikal
masyarakat metropolitan banget rata-rata, nemu orang tuh langsung waspada,
sekalinya kewaspadaan mulai dikendorin, orangnya berubah jadi needy dan
insecure. Surprise element, hmm i must say lately cikampek never surprise me.
Begitulah kiranya penilaian saya tentang tiga kota yang
pernah saya tinggali. Ingat mungkin penilaian anda dan saya berbeda..
Comments
Post a Comment