Saya
bertemu pria yang bilang kalau punya anak itu tindakan yang egois. Saya tanya
kenapa. Dia tanya balik, apa saya ingin punya anak. Saya bilang ya. Dia tanya
alasannya. Saya katakan, anak adalah rezeki dari Tuhan, ngga semua orang bisa
punya anak dan jadi seorang ibu atau ayah. Jadi kalau suatu saat rezeki itu
dititipkan pada saya, punya alasan apa saya untuk menolak.
Dia
bilang saya egois.
Pendapatnya
sudah seperti upil kering. Makin digali, justru menempel semakin kuat.
“Coba
pikir deh apa alasan kebanyakan orang pengen punya anak. Biar ada yang merawat
di masa tua? Meneruskan keturunan? Supaya ada yang nemenin? Itu egois ngga?
Ujungnya kan alasannya selalu tentang orang tua, tentang memenuhi keinginan dan
ego. Dan ngga ada pemikiran sedikit pun tentang sang anak.
Sama
kaya kamu, yang kamu pikirin adalah biar bisa jadi ibu - yang
kamu anggap adalah sebuah anugerah.
Dunia
ngga akan butuh anak kamu. Apa kamu pikir anak kamu akan jadi pemenang Nobel
atau penemu obat anti baper? Belum pasti juga kan?
Saya
pernah denger alasan seorang perempuan yang ingin punya anak untuk meneruskan
garis keturunan. That’s bullshit. Apa yang membuat seseorang berpikir kalau
keturunannya bakal bermanfaat untuk kemaslahatan umat? There’re so many human
in this world, and the bloodline just like any others.”
Saya
sempat terkejut seseorang yang mengatakan punya anak adalah egois memakai kata
‘kemaslahatan umat’. Saya terdiam sesaat.
“Jadi
kamu pikir, punya anak itu ngga akan berpengaruh apa-apa pada dunia?”
“True. Kemarin saya denger ayah temen saya meninggal sendirian di
rumahnya, karena anaknya ngga ada satupun yang di rumah dan istrinya lagi
jalan-jalan ke Bali. And then I thought like, dying alone sucks. But do you
know what sucks more than that? Live your life with someone you don’t like very
much, or you used to be, but not anymore, just barely tolerate. And the most
irritating is you live with someone you hate but you be like ‘yahh...demi
anak-anak lah..’ I will choose to die alone. I dont wanna my soul die first
before my body.”
Kali ini saya terdiam cukup lama. Yang terpikir dalam benak
saya hanya satu, this guy has serious parents issue.
“You said that because you are not a father yet.
You know I’ve been watching Korean Variety Show, Return
Superman. It’s about some dads raised their children alone in two days, without
his wife help. You can learn about parenthood from that show.
I think kids are the most beatiful thing in the world. To
see a child grow up, dan become the person you hope and aspire them to be.
Nothing compares to raising a child. Even if the child is very annoying to
rear, but there always joy that came as a package.
And I always think about this. Someday when you are dead and
gone, it’s really not a matter of bloodline or gene. But it’s your point of
view that you passed down to your kids. How you two once perceived about the
world around you. And maybe your kids will pass it down to their kids.”
Kemudian dia tersenyum.
“You are gonna be a good mother. You love your kids, even
your kids aren’t born yet. Ya, tapi sejauh ini, saya sendiri ngga punya alasan
kuat why I should have kids.”
“Really? That’s weird. It’s not me. It’s my mom, she is great.
Actually, we are too young to understand, we will figure it out later and maybe
I’ll say something really cool like, ‘I have kids and your opinion was wrong.’”
Later, I read about what Obama said about being a dad,
“Because what makes you a man isn’t the ability to conceive a child; it’s having the courage to raise one.”
Thank you Obama for your wise word.
Nice work👍
ReplyDelete