Skip to main content

Obsessed With Relationship

I know that in our twenties, the first world problem always revolves around relationship thingy. I am still in my twenties. So..
As you may already know, mantan, gebetan, pacar adalah tiga donatur utama istilah baru dalam percakapan. Contohnya : galau, baper, friendzone, TTM (Oh God, I feel so old knowing this term), ababil, move on.
Actually, I’ve been disscussing topic about ‘Dampak Nyata Posting tentang Mantan : Tinjauan dari Segi keGRan, Baper, dan Perasaan yang Tertinggal’ with my bestfriend, let’s called her Esmeralda.
It started when I praised Esmeralda about her writing in blog, but it’s weird that she mentioned about her ex boyfriend there. But then she said, “I actually posted about my ex but I take it down.”
Nothing wrong with posting tentang mantan right? True, indeed. I even posted about my ex last Thursday in this blog.
And while I said that, Esmeralda pointed out that it really risky to do that. She added, “Your ex maybe stalking your medsos, and he will be ke-GR-an. In the end, he will think that you still have feeling for him.”
I wonder why she thought that her ex stalked her blog.
I asked Esmeralda, “Really? Why do you think he will stalk you? By logic, if you say that, it is actually you that still have feeling. You know, unconsciously you want him to stalk you, so you are afraid.”
She replied, “Nope, it’s not that. I just avoided unnecessary drama. Moreover, it seems I wasted my time doing that.”
Esmeralda definitely has point there.
But WHY? Why we sometimes want to post about exes? Or even scarier, why we even care if he stalked us or not?
Let’s talk about it.
First, I think our generation have so much media to express our feeling that we mindlessly obsess with past relationship. That’s also perhaps the reason why we somehow baper-tiada-akhir. We keep bring it up, serve it on the table, end up eating it.
This will sound harsh.  Maybe another reason is simply because we don't have anything better to do with our life.
When our life is suck, we will automatically being obsessed with something that we think is nice, which is relationship. The companion of someone.
Yes, if you have too much leisure time, you will forever deal with the same relationshit. You may post like ‘gimana ya cara biar dia peka?’, ‘kok ngga pernah ngertiin aku sih’, ‘Ya Tuhan sakit banget diginiin’, ‘jujur aku masih belum ikhlas’. As if the world must know your problem.
Remember, you should really think LESS about love. Don’t be blinded by what you presume to be love.
You have life. Don’t drown in such petty human emotions.
You are not alone. You have friends, family, and maybe pets. Forget about the internet for awhile. Go on dates. Keep yourself occupied with movies, reading, cooking, and work. Whatever float your boat.
"Well, if you don't feel complete without a relationship, you'll never feel complete with one."

Comments

Popular posts from this blog

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...

Entry 4 - Gratitude Journal: Happy Memories

Write about the memories that made you happy! Aku tumbuh dan dibesarkan dengan baik oleh ayah ibuku. Banyak kenangan indah yang bisa aku jadikan sebagai mantra Patronus-ku. Sangat sulit memilih mana yang bisa aku jadikan mantra utama penangkal duka lara. Kalau aku meninggal, core memoriesku mungkin bisa menentukan mana best of the best memories, kalau sekarang masih bingung milihnya. Aku suka hari-hari kenaikan kelas, pembagian raport, dan wisuda. Karena ada kebahagiaan terlimpah ruah setelah bisa melewati kesulitan berlevel, ada kesenangan terpancar saat kita bisa mengukir senyum bangga orang tua. Momen itu yang menjadi batu pondasi kalau kelak aku lupa apa itu rasanya bagaia. Momen bahagia baru terasa setelah serentetan lelah dan luka kita lalui, kita naik level, kita jadi lebih baik. Dan kenangan itu membuatku bahagia. Aku juga suka hari-hari normal yang berlalu dengan penuh kedamaian. Ada kewarasan yang tersimpan dalam sebuah rutinitas. Ada rasa aman ketika tahu kita bisa beristir...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...

Entry 3 - Gratitude Journal: Most Grateful For

What person in your life are you most grateful for? What do you admire about them? Siapa orang yang paling kamu syukuri ada di hidupmu? Apa yang kamu kagumi darinya? Sebagai seorang anak, aku selalu bersyukur karena terlahir dari rahim seorang ibu yang sholehah. Dari senyum ibuku, lahir ketenangan. Dari do'a tulusnya, terbuka jalan yang dipermudah. Dari keberadaannya saja, dunia terasa baik-baik saja. Dari ridho ibu, ridho Allah pun terasa dekat. Sebagai seorang perempuan, aku kagum pada kekuatannya, begitu kuatnya ia menjalani takdir yang tak selalu ramah. Aku kagum pada kesabarannya untuk menikmati segala sesuatu diantara ketidaknikmatan yang khidmat. Aku mengagumi kebaikannya yang tulus, kalau ada seseorang yang pantas didaulat menjadi Menteri Sosial, itu adalah ibuku. Sebagai seorang manusia, aku mengagumi ibuku karena beliau sosok yang kehadirannya dirindukan. Aku tahu teman-temannya sering menanyakan kehadirannya yang alfa, atau ketika beliaulah yang selalu dicari dan ditany...