Sekiranya orang membaca judul di atas pasti mikirnya, “Wah, ini si aang belum move on nih kok ngomongin mantan sih.”
Udah kok. Udah move on.
Udah kan ya, ti? (nanya ke hati). Hati teriak-teriak sambil mompa darah, “Udah dong, lut.”
Wuih, mulut sama hati sekarang udah fasih saling mengiyakan satu sama lain.
Jadi ceritanya one of my favorite ex wisuda, ini saya dikabari oleh calon mertua.
Saya di sms “Ang, Alfonso (nama samaran) tanggal xx April wisuda.”
Sampai tulisan ini dipublish, saya belum bales sms-nya. Ingin, tapi ngga tahu mau balas apa. Dan lagi malas mikir. Kombinasi itu berujung pada keputusan saya untuk ngga ambil pusing tentang smsnya.
Terbilang cukup lama saya ngga berkomunikasi sama Alfonso, mungkin 4 tahun. Ibunya Alfonso beberapa bulan lalu beberapa kali sempet nelpon tapi sayangnya selalu tidak keangkat.
Saya tidak punya motif untuk membahas Alfonso. Tapi saya rasa wajar memikirkan kenangan bersama mantan-mantan sekedar untuk dijadikan pelajaran, as Quraish Shibab may say ‘kiranya bisa diambil khikmahnya’.
Ngga ada mantan yang ngga pernah mikirin mantannya. Pasti pernah, meski cuma sekali.
Buat yang pernah punya mantan -ehem, itu yang ngga punya mantan segera evakuasi diri anda, tolong jangan pura-pura pernah punya gitu- sekarang kalau kepikir mantan apa yang ada di benak anda?
Kalau saya sih ingetnya kaya 1+1=2. Kaya “Oh iya, iya yang itu. Okey.”
Ingat dalam sepersekian mili detik kemudian ya udah ngga penting, biasa aja.
Saya tahu masa ini akan datang pada orang yang sudah move on, masa dimana sama sekali udah ngga ada perasaan apa-apa lagi.
Mau Alfonso wisuda kek, beli magic com kek, buka pemandian air panas penyembuh gatal-gatal kek, atau dia ternyata anaknya Obama pun bukan urusan saya lagi.
Saya tidak tertarik lagi dengan kehidupannya, meski mungkin bagi Ibu Alfonso jelas kehidupan anaknya itu sesuatu yang menarik.
Seseorang bisa menjadi mantan terindah. Namun satu hal yang orang sering lupakan adalah bahwa kehidupan yang dimilikinya juga indah.
Isn’t the bird in the hand better than the your ex in the bush? Apa yang kita miliki saat ini seribu kali lebih baik dari apa yang sudah memutuskan untuk pergi.
Akhir tahun lalu saya sempat dapet pertanyaan sulit : “Kalau suatu saat mantan terindah kamu datang lagi, ngajak balikan, for more consideration, dia juga pengen ngajak kamu nikah, kamu bakal gimana?”
Saya mengingat Alfonso sejenak. Saya langsung bilang, “Apapun alasannya, jawaban saya sih ngga.”
We’ve broken up because there’s unresolved problem, and we fixed it with not being with each other anymore. So why bother trying to balikan dan makin parah terjerumus ke lembah pernikahan?
There I said it.
So, buat siapapun yang menyandang gelar mantan di hidupnya, please live happily and forget your past youth stupidity.
NB :
Happy graduation untuk mantan-mantanku yang tersebar di seluruh dunia.
Comments
Post a Comment