Semakin bertambah umur, kita semakin cepat untuk men judge seseorang. Karena waktu terasa seperti dimampatkan, kita terbiasa menilai instan mulai dari bagaimana karakter yang terpancar dari pembawaan seseorang. Kita berusaha menebak seperti apa lingkaran pertemanannya, keluarganya, dan bahkan masalah yang merundungnya. Sehingga kemudian pada satu titik, saya merasa mustahil untuk menunjukkan kepribadian kita yang sesungguhnya karena semuanya telah tercampur dengan penilaian permukaan yang justru mendalam. Jadi, semua orang mempunyai filternya sendiri. Ketika kita masih kanak-kanak, filternya masih sederhana dan tidak begitu canggih. Filternya masih sebatas kedekatan jarak, kesamaan interest , atau kekaguman. Misalnya, anak-anak selalu berpikir kalau tetangga itu teman atau saudara. Dan jika seseorang menyukai hal yang sama dengannya, dia akan menganggap orang tersebut sebagai sahabatnya. Berita buruknya, seiring waktu berjalan, filter tersebut lebih mudah terjebak ke dalam pera
attempting to be the place where thought can float