The nitrogen in our DNA, the calcium in our teeth, the iron in our blood, the carbon in our apple pies were made in the interiors of collapsing stars. We are made of star stuff.” – Carl Sagan
Kamu bisa menjadi bintang, tapi
kamu memilih turun ke bumi.
Kamu telah menghuni dua galaksi
: di rahim ibumu dimana jantungmu berlatih melakukan perputaran darah melalui
nadi, dan di dunia dimana kamu dilahirkan, untukmu ibumu bersedia mengucurkan
darah dan airmatanya.
Kamu akan bertumbuh, beberapa
bagian kulitmu mungkin tersayat, dan beberapa bagian lainnya akan berdarah.
Kamu akan terluka.
Ketika kamu terluka, kamu akan
memperoleh suatu kebaikan.
Suatu ketika kamu pernah
bernafas di antara dua keadaan musykil. Kamu ada di antara ketiadaan dan
segalanya. Saat itu keberadaanmu belum diakui negara secara hukum, tapi kamu
telah mendapatkan seluruh cinta dari dua keluarga.
Ketika kamu untuk pertama
kalinya menendangkan kakimu di udara, kamu akan meregangkan tangis yang meneriaki
dunia bahwa kamu telah sampai disini. Mereka menyambutmu dengan berbagai macam
senyuman : tersenyum letih, tersenyum lega, tersenyum khidmat, sampai tersenyum
kebingungan. Mereka menikmati gaung sedu sedan yang kamu hidangkan.
Kamu tidak pernah tahu berapa
orang yang melihatmu saat kamu balita, mungkin menyuguhkan senyumannya, atau berdehem
lemah ketika kamu berisik di angkutan kota untuk ikut pergi ke pasar bersama
ibumu. Kamu tidak akan pernah mengingat berapa banyak orang yang menggodaimu
dan mencoba menarik perhatianmu dengan menampilkan muka konyol dan gerakan
centil mereka. Kamu mungkin tidak pernah sadar betapa banyak orang yang
mengantongi kebahagiaan singkat setelah melihatmu, bocah kecil periang itu.
Kamu sudah mempunyai kapasitas
untuk menyimpan, membagikan dan merasakan kebahagiaan. Dan ajaibnya,
kebahagiaan itu tidak bergantung pada apapun. Tidak pada apakah tangan yang
menidurkanmu di ranjang itu tersenyum, atau apakah wanita yang menyusuimu
menyenandungkan nina bobo.
Apabila kamu menjadikan harapan
masyarakat sebagai standar hidupmu, kamu mungkin merasa terbitnya matahari
sebagai hal terakhir yang kamu inginkan terjadi. Kamu merasa muak dengan
perjalanan ini.
Jangan takut. Semuanya akan
berlalu saat kamu mengeluarkan lensa termahal di bumi ini : rasa syukur.
Bukalah jendelamu lebar-lebar saat pagi menjelang. Saksikan pagi keemasan itu
hadir. Tidak banyak orang yang pernah menjemputnya. Buatlah dirimu merasa
berarti. Semuanya akan mudah jika kamu memulainya dengan benar.
Tahukah kamu? Kamu telah
diperhatikan oleh banyak orang, lebih banyak dari angka yang kamu pikir, meski
pada saat kamu merasa invisible.
Kita selalu merasa pandangan
sekilas orang lain tak pernah berarti banyak karena tidak pernah menghasilkan
suatu koneksi. Tidak melahirkan keakraban.
Kamu telah berjalan di hamparan
lautan manusia setiap harinya. Dan bagaimana kamu tahu kalau sebenarnya kamu
telah melintasi samudra pikiran mereka meski hanya sesaat?
Perempuan muda yang berjalan
melewatimu ketika kamu bergegas menuju kantor mungkin membaui parfum ibunya
pada tubuhmu, dan itu mengingatkannya akan rumah.
Pria paruh baya yang mengantri
bersamamu di supermarket, yang tak sengaja mendengar suaramu sedang menerima
telepon, dia merasa suaramu mirip dengan sahabat kampusnya, dan dia menyeringai
pada kenangan akan masa mudanya.
Nenek yang berada satu bis
denganmu, melihatmu kesulitan mengeluarkan dompet dari tasmu, kerepotan
meraba-raba isi tas dan berujung mengeluarkan muatan tasmu satu persatu karena
dompetmu diletakkan di dasar tas. Saat itu kamu membawa nenek itu pada memori
tentang cucunya yang sekarang sudah meninggal.
Kamu telah berada di banyak
tempat. Ribuan kali. Tanpa kamu ingat. Tanpa kamu sadari. Kamu telah hidup
bersama ingatan banyak manusia dan tinggal di dalamnya.
Ingatlah. Jantungmu hanya
berdetak untukmu. Tidak peduli pada kekasihmu atau siapapun. Jantungmu tidak
memompa dan mendesau, selain hanya untuk mengizinkanmu tetap hidup. Jantungmu
adalah penjaga waktu. Kompasmu. Jantungmu mendegupkan setiap kausa yang kamu
butuhkan untuk hidup.
Jika pada waktunya datang kamu
akan kembali ke bumi, dan seluruh gravitasi
meruntuhkan daya tegakmu dan menenggalamkanmu ke bawah tanah, biarkan
kedua tanganmu beristirahat di atas dadamu.
Partikel-partikelmu akan berkumpul
dan kembali ke dunia yang pernah kamu singgahi bersintesis menjadi suatu yang
lain. Ruh di dalam dirimu akan terus hidup, kehidupan yang mungkin lebih
sempit. Kamu akan merasakan semua yang pernah kamu rasakan sebelumnya.
Dengarlah dengan baik, akan diperdengarkan suara kehidupanmu.
Tapi ketika kamu terluka, kamu
akan memperoleh suatu kebaikan.
Comments
Post a Comment