Skip to main content

Andai Kematian Bisa Diujicobakan

Andai kematian itu bisa diujicobakan. Uji coba kematian selama tujuh hari. Kita bisa nyobain mati selama tujuh hari dan di hari ke tujuh kita bisa milih untuk terus hidup atau terus mati. Hanya satu hal. Untuk melihat siapa yang menangisi kepergian kita, siapa yang tersenyum atas kabar duka kematian kita. Hanya untuk tahu siapa yang setulusnya peduli dan siapa yang berpura-pura mengasihi.

Ada saatnya dimana seseorang mempertanyakan kehidupan dan kematian. Ada yang bilang bahwa semuanya sudah ditakdirkan, tapi aku pikir Tuhan itu penuh kespontanitasan. Bukankah Dia bisa melakukan apapun? Kalau Tuhan mau takdirmu berubah, kamu bisa apa?

Aku memikirkan manusia yang bunuh diri, apakah mereka itu kuat atau lemah? Kuat karena berani menghadapi kematian atau lemah karena takut menghadapi kehidupan? Katanya orang yang bunuh diri itu tidak diterima di bumi maupun langit, arwahnya berada diantaranya. Kalau memang kematian sudah ditakdirkan, apa benar Tuhan menakdirkan orang-orang mati seperti itu? Mungkin benar. 

Bukankah Tuhan suka memberi pelajaran supaya orang-orang tidak mengikuti jejak yang seperti itu? Lalu bagaimana orang yang dijadikan contoh tersebut? Dari pertanyaan terakhir yang kamu baca barusan, Tuhan kok rasanya jadi kontradiktif dengan sifatNya : Maha Adil. Mungkin ya. Ini mungkin loh. Mungkin kehidupan dan kematian itu merupakan pilihan manusia, meski Tuhan yang memiliki hak sepenuhnya.

Berbicara tentang kehidupan dan kematian, apakah aku sedang banyak pikiran sehingga berbicara hal menakutkan? Aku sadar, aku punya banyak waktu yang kuhabiskan untuk bersedih dan ketakutan. Bersedih atas apa yang tak kumiliki dan takut akan apa yang belum terjadi. Mungkin masa muda memang harus dilalui seperti ini. Tanpa kepastian, semuanya terus berjalan. Tanpa kejelasan, kita berusaha berbahagia. Setelah kepastian dan kejelasan itu terpenuhi, saat itulah kita bisa tenang. 

Kupikir saat itu adalah saat semua orang sudah ditempatkan di surga. Aku sadar betul bahwa bumi ini tercipta dari ketidakpastian dan ketidakjelasan, wajarlah didalamnya terkandung banyak kesedihan dan ketakutan. Meski demikian, sudah sepatutnya manusia sekuat tenaga mencari cara tetap hidup dan mempersiapkan dirinya untuk menghapi kematian pada waktu yang telah dipilihkan Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo