Akhir-akhir ini dikenalin sama
cerita teka-teki alias riddle story
sama Kak Acha sebagai pengisi waktu nungguin download-an beres. Tapi otak
detektif dan cita-cita khayalan sebagai intel emang ngga bisa didiemin gitu
aja. Berujung pada lebih sering membaca dan akhirnya niat menulis cerita riddle. Haha ceritanya emang saya bikin
setelah saya banyak baca riddle. Saya juga bikinnya pas ngisi waktu aja,
daripada liatin air ujan yang ngga akan berubah jadi duit. Nah silakan dicek
ini dia riddle yang saya bikin.
Silakan tebak apa yang salah atau apa yang aneh dari cerita tersebut. Nanti jawabannya
menyusul ya, tebak dulu aja, jawab dulu.. (kaya ada yang baca aja T.T)
Cerita 1
“Ah cuaca begini....malasnya
harus bekerja jaga toko”, kataku dalam hati, aku melihat ke luar pintu yang
terbuat dari kaca, ada bintang. Aku bekerja bersama tiga temanku. Cindy sedang menyusun barang dari kardus
menuju rak-rak. Ray sedang merokok di gudang penyimpanan setelah menurunkan
barang-barang stok baru dari truk pengantar. Albert seperti biasa melabeli
harga barang-barang dari komputer.
Ada seorang pria memakai jas
hujan yang masuk ke dalam toko. Cindy kemudian berlari ke arah ku. Aku tidak
mengerti namun saat itu lampu tiba-tiba mati, dan ketika lampu menyala Albert
dan pembeli itu terbunuh.
Cerita 2
Ketika aku beristirahat di balkon
sore ini sepulang kerja. Sepasang suami istri terdengar bertengkar. Suaranya
berasal dari atas. Sepanjang malam suami istri itu terus bertengkar, mereka
berisik sekali. Aku tidak bisa tidur dan terlambat masuk kerja. Siang ini
mereka bertengkar lagi nampaknya lebih parah dari sebelumnya. Kudengar beberapa
suara seperti suara gesekan tambang ke permukaan, benda jatuh, teriakan, suara
pecahan kaca. Anehnya malam ini tidak ku dengar suara teriakan lagi, justru
suara dua orang tertawa.
Cerita 3
Aku keluar dari laboratorium dan
membeli satu kotak susu dengan karton yang paling besar. Sampai di rumah ayahku
bertanya “apakah kau sudah makan?”, aku bilang “aku lelah, nanti saja”. Ayahku
lalu bilang “kau sudah minum obat flu?”, aku berteriak padanya “aku lelah.
Jangan ganggu aku”. Aku langsung masuk kamar dan tidur. Paginya aku menuju
kulkas dan kutemukan kotak susu. Ayah nampak menghangatkan makanan. Aku bilang
pada ayahku, “ayah maaf untuk semalam, aku sungguh sangat lelah”. Ayahku
menaruh makanan di meja “mandilah terlebih dahulu, ayah sudah menyiapkan air
hangat di bathtube. Ayah akan kembali
setelah menyirami tanaman”. Tampaknya ayah memang sudah bersiap ke kebun. Ayahku
baik sekali, terdapat banyak lilin aromaterapi. Asap tampak mengepul dari bathtube. Aku langsung masuk ke dalam bathtube dan yang kulihat terakhir, ayah
kembali dari kebun menuju kamar mandi dan tersenyum padaku lalu berkata
“istirahatlah bila kau lelah, tidak usah bekerja”.
Cerita 4
Aku menunggu dosen pembimbingku
di suatu pagi. Dosen ini terkenal sangat tepat waktu, sehingga aku menunggu 15
menit lebih awal. Pagi itu pukul 7.45, kampusku masih sepi. Hanya ada beberapa cleaning service di lantai dasar. Aku
naik lift sendirian. Ruangan dosenku
berada di lantai paling atas. Ibu Selly namanya. Beliau nampaknya belum datang.
Aku justru melihat Ibu Kinan bersama anaknya. Aku tersenyum pada Ibu Kinan,
beliau satu ruangan dengan Ibu Selly. Aku duduk menunggu di tangga dekat
ruangannya. 5 menit kemudian, ada staff dari fakultas datang dan mengobrol
dengan Ibu Kinan, mereka berdua pergi terburu-buru. Ibu Selly akhirnya datang,
aku bimbingan dengannya. Ibu Selly bilang “Kamu sudah menunggu lama? Maaf tadi
di jalan macet karena ada bis sekolah yang tabrakan”.
Cerita 5
Malam itu aku bersama
teman-temanku berencana uji nyali di sebuah bangunan tua bekas gereja yang
sejak aku lahir pun sudah diterlantarkan. Dari rumor yang beredar gereja ini
adalah markas genosida pada zaman perang dunia, para pengikut gereja diracuni
oleh para pembelot dan mayatnya disimpan di ruang bawah tanah gereja ini.
Aku, Cecilia, Vanessa, dan Kevin
berbaris dibelakang Williams. Willy singkatnya merupakan yang paling berani
diantara kami berlima. Sambil terus berjalan ke depan Willy bilang “jangan
mengarahkan senter ke mukaku, arahkan ke tempat yang ingin kau lihat!”, ujar
Willy yang ngambek.
Kami semua terdiam, Willy berkata
lagi “kita harus segera pergi.”
Comments
Post a Comment