Apakah sudah takdir kita menjadi budak memori?
Bumi ini bukan tempat yang aman dan bukan tempat menyenangkan, tapi kita tetap bisa hidup dan tersenyum seolah semuanya baik-baik saja.
Tak peduli kemanapun kau pergi, selama kau bersama keluargamu, mengingat mereka, mempedulikan mereka, disitulah rumahmu. Terkadang kau merasa asing sehingga kau ingin pergi, tapi ketika kau mencoba menetap, hatimu bisa dipaku di rahim waktu dan terdiam selamanya. Ada sisi lemah yang ingin kau bagikan. Bahkan debu jalanan lebih indah hidupnya di matamu. Aku selalu rindu rumah, karena aku tak membawanya dalam hatiku. Ketika aku pergi, rumah menjadi tempat kembali. Seharusnya tidak begitu. Seharusnya rumah bisa dibangun dimanapun dan kita bisa berteduh kapanpun.
Memori indah dan memori buruk kadang datang begitu saja tanpa permisi. Kita menjadi kita yang sekarang karena proses tercernanya memori itu. Memori tentang rumah, memori tentang keluarga, memori tentang cinta. Kadang kita ingin melepaskan diri dari isi otak kita, melarikan diri dari jiwa ini da membebaskan semua kepahitan. Memori buruk memang bertahan paling baik dan paling lama. Kau harus menggantinya dengan yang baru, yang lebih baik. Endapkan semua kenangan itu, biarlah menjadi pelajaran. Jangan berpaling pada kegelapan malam dan menangis di depan cangkir kopi. Perlahan usaplah dahi yang tampak penuh garis kekhawatiran itu. Tersenyumlah dan beri warna pelangi pada setiap mata di jalanan. Aroma malam yang menenangkan akan membawamu pada mimpi indah yang telah lama kau lupakan. Kembalilah menjadi kau yang selalu aku rindukan, yang selalu membuatku bangga.
Aku tak percaya kamu ini manusia biasa. Kehidupan ini bukan milikmu, tapi kau terikat kontrak untuk menjalaninya. Jalanilah dengan sungguh-sungguh. Buatlah pemilik kontrak merasa kau adalah asetnya. Entah itu di dunia yang sekarang kau singgahi, ataupun di tempat lainnya. Pilihlah apa yang kau cintai. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Ambil keputusan dan jangan pernah menyesal. Kehidupan ini menyedihkan bila kau berpikir seperti itu.
Mungkin hari ini kau melihat orang yang beruntung dan merasa sedih karenanya. Tapi dengarlah aku, satu-satunya do’a yang sering kau lupakan adalah rasa terimakasih. Kau kehilangan banyak hal bukan ketika sesuatu diambil darimu, kau kehilangan banyak hal ketika kau lupa cara bersyukur.
Bersama dengan hujan, biarkan pikiranmu terbasuh dari semua rasa iri, gantikan dengan memori yang baik agar ia lebih pandai bersyukur. Aku takut ketika kau berdiri, kau akan terjatuh. Di tempat dimana tak seorangpun mengenalmu, tak ada yang akan mempersiapkan tangannya untuk menangkapmu. Jangan pernah berpura-pura kuat, kuatlah yang sebenar-benarnya kuat. Kuat untuk mengangkat kepalamu dengan lurus dan berjalan penuh kehangatan. Jangan menangis karena tidak mempunyai apapun, kau terlahir tanpa membawa apapun. Melangkahlah, raihlah apa yang kau mampu. Aku membicarakanmu, diriku sendiri. Aku harap kamu mendengarkanku, aku menyayangimu.
Bandung, 8 Desember 2014
Bumi ini bukan tempat yang aman dan bukan tempat menyenangkan, tapi kita tetap bisa hidup dan tersenyum seolah semuanya baik-baik saja.
Tak peduli kemanapun kau pergi, selama kau bersama keluargamu, mengingat mereka, mempedulikan mereka, disitulah rumahmu. Terkadang kau merasa asing sehingga kau ingin pergi, tapi ketika kau mencoba menetap, hatimu bisa dipaku di rahim waktu dan terdiam selamanya. Ada sisi lemah yang ingin kau bagikan. Bahkan debu jalanan lebih indah hidupnya di matamu. Aku selalu rindu rumah, karena aku tak membawanya dalam hatiku. Ketika aku pergi, rumah menjadi tempat kembali. Seharusnya tidak begitu. Seharusnya rumah bisa dibangun dimanapun dan kita bisa berteduh kapanpun.
Memori indah dan memori buruk kadang datang begitu saja tanpa permisi. Kita menjadi kita yang sekarang karena proses tercernanya memori itu. Memori tentang rumah, memori tentang keluarga, memori tentang cinta. Kadang kita ingin melepaskan diri dari isi otak kita, melarikan diri dari jiwa ini da membebaskan semua kepahitan. Memori buruk memang bertahan paling baik dan paling lama. Kau harus menggantinya dengan yang baru, yang lebih baik. Endapkan semua kenangan itu, biarlah menjadi pelajaran. Jangan berpaling pada kegelapan malam dan menangis di depan cangkir kopi. Perlahan usaplah dahi yang tampak penuh garis kekhawatiran itu. Tersenyumlah dan beri warna pelangi pada setiap mata di jalanan. Aroma malam yang menenangkan akan membawamu pada mimpi indah yang telah lama kau lupakan. Kembalilah menjadi kau yang selalu aku rindukan, yang selalu membuatku bangga.
Aku tak percaya kamu ini manusia biasa. Kehidupan ini bukan milikmu, tapi kau terikat kontrak untuk menjalaninya. Jalanilah dengan sungguh-sungguh. Buatlah pemilik kontrak merasa kau adalah asetnya. Entah itu di dunia yang sekarang kau singgahi, ataupun di tempat lainnya. Pilihlah apa yang kau cintai. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Ambil keputusan dan jangan pernah menyesal. Kehidupan ini menyedihkan bila kau berpikir seperti itu.
Mungkin hari ini kau melihat orang yang beruntung dan merasa sedih karenanya. Tapi dengarlah aku, satu-satunya do’a yang sering kau lupakan adalah rasa terimakasih. Kau kehilangan banyak hal bukan ketika sesuatu diambil darimu, kau kehilangan banyak hal ketika kau lupa cara bersyukur.
Bersama dengan hujan, biarkan pikiranmu terbasuh dari semua rasa iri, gantikan dengan memori yang baik agar ia lebih pandai bersyukur. Aku takut ketika kau berdiri, kau akan terjatuh. Di tempat dimana tak seorangpun mengenalmu, tak ada yang akan mempersiapkan tangannya untuk menangkapmu. Jangan pernah berpura-pura kuat, kuatlah yang sebenar-benarnya kuat. Kuat untuk mengangkat kepalamu dengan lurus dan berjalan penuh kehangatan. Jangan menangis karena tidak mempunyai apapun, kau terlahir tanpa membawa apapun. Melangkahlah, raihlah apa yang kau mampu. Aku membicarakanmu, diriku sendiri. Aku harap kamu mendengarkanku, aku menyayangimu.
Bandung, 8 Desember 2014
Comments
Post a Comment