11 November 2014 pukul 11.00 WIB
Di luar sedang mendung. Yang saya bisa lakukan hanya bersedih dan menangis mengetahui bahwa saya sangat lemah tak berdaya. Saya bahkan ingin pergi dari tekanan ini. saya tidak tahu kalau saya akan seterluka ini. Saya mengepalkan tangan saya dan merasakan rasa yang menakutkan hadir di dada saya. Saya mengingat ayah, ibu dan keluarga saya hingga air mata terus berjatuhan seperti hujan di hari pertama setelah musim kemarau. Saya ingin menangis di depan mereka, tapi saya tidak bisa, saya ingin menjaga perasaan mereka.
Saya ingin berkata bahwa saya cukup menderita dengan semua ini, tapi saya malu karena masih banyak manusia yang lebih terluka lagi. Saya sangat risih dan ingin mengakhiri segalanya. Bolehkah saya menyerah sekarang? Rasanya seperti diberitahu berita kematian. Saya tidak sanggup dan tidak tahu harus bagaimana. Saya rasa saya belum pernah merasa sesedih ini. Apa yang harus saya lakukan?
11 November 2014 pukul 12.15 WIB
Pikiran yang kalut selalu berujung pada keburukan diri. Saya memutuskan pergi ke rumah sakit, tempat yang mewakili ketidakberdayaan manusia. Di bangsal-bangsal rumah sakit tercium bau kesedihan. Di emperan ruang tunggu IGD terpancar aura keputusasaan yang amat dahsyat. Wajah yang sayu, mata yang sembab, air mata yang belum kering ada di setiap pojokan. Meski kehidupan ini terasa pahit dan begitu buruk, setiap yang ada disini berjuang untuk tetap hidup. Mungkin kehidupan ini tidak cukup indah, tapi keberadaan kita disini merupakan harapan bagi kehidupan orang yang kita cintai. Sejenak saya terdiam di bawah hujan menyaksikan betapa kesedihan saya ini tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka yang saat ini telah kehilangan segalanya, mereka bahkan kehilangan kesempatannya untuk tersenyum kembali. Kehidupan ini berjalan sangat cepat, seseorang yang dulu ada dan sangat nyata, dalam hitungan detik, di tempat ini, dianggap pergi dan tak ada lagi. Sangat menakutkan bahwa di suatu saat di masa depan saya pun akan seperti itu.
Saya ingin mempercayai bahwa kehidupan ini ada maknanya, saya ingin bertahan melalui semua kesulitan. Saya ingin percaya bahwa kehidupan menguji manusia dan mendewasakan pikiran kita. Saya ingin menghapus prasangka buruk saya pada hidup ini dan tidak mempedulikan perkataan setan yang menggoda saya untuk menangis. Saya ingin tersenyum pada kesedihan dan berjalan penuh kemenangan pada kemalangan. Di masa depan, apabila saya bersedih dan menangis terlalu banyak, saya harus pergi kesini lagi dan mengingat hari ini. Kalau perlu saya harus pergi ke daerah kumuh dimana kaum marjinal hidup dengan tawa tanpa hiburan. Saya juga harus pergi ke pemakaman, tempat akhir kehidupan yang harusnya mampu menampar muka saya dan menyadarkan saya betapa bodohnya saya telah menyia-nyiakan kehidupan seolah saya memiliki kesempatan kedua.
Saya sadar kehidupan ini akan lebih baik apabila orang di dalamnya bersyukur dan terus saling menyodorkan tangan satu sama lain. Di tempat saya duduk sekarang, saya ingin berkata pada diri sendiri meskipun kamu telah banyak menderita, selalulah bersyukur, penderitaanmu tidak seberapa. Tersenyumlah pada kehidupan, kehidupan ini harus terus berjalan, sampai nanti kamu lelah dan Tuhan memanggilmu kembali ke sisiNya.
Di luar sedang mendung. Yang saya bisa lakukan hanya bersedih dan menangis mengetahui bahwa saya sangat lemah tak berdaya. Saya bahkan ingin pergi dari tekanan ini. saya tidak tahu kalau saya akan seterluka ini. Saya mengepalkan tangan saya dan merasakan rasa yang menakutkan hadir di dada saya. Saya mengingat ayah, ibu dan keluarga saya hingga air mata terus berjatuhan seperti hujan di hari pertama setelah musim kemarau. Saya ingin menangis di depan mereka, tapi saya tidak bisa, saya ingin menjaga perasaan mereka.
Saya ingin berkata bahwa saya cukup menderita dengan semua ini, tapi saya malu karena masih banyak manusia yang lebih terluka lagi. Saya sangat risih dan ingin mengakhiri segalanya. Bolehkah saya menyerah sekarang? Rasanya seperti diberitahu berita kematian. Saya tidak sanggup dan tidak tahu harus bagaimana. Saya rasa saya belum pernah merasa sesedih ini. Apa yang harus saya lakukan?
11 November 2014 pukul 12.15 WIB
Pikiran yang kalut selalu berujung pada keburukan diri. Saya memutuskan pergi ke rumah sakit, tempat yang mewakili ketidakberdayaan manusia. Di bangsal-bangsal rumah sakit tercium bau kesedihan. Di emperan ruang tunggu IGD terpancar aura keputusasaan yang amat dahsyat. Wajah yang sayu, mata yang sembab, air mata yang belum kering ada di setiap pojokan. Meski kehidupan ini terasa pahit dan begitu buruk, setiap yang ada disini berjuang untuk tetap hidup. Mungkin kehidupan ini tidak cukup indah, tapi keberadaan kita disini merupakan harapan bagi kehidupan orang yang kita cintai. Sejenak saya terdiam di bawah hujan menyaksikan betapa kesedihan saya ini tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka yang saat ini telah kehilangan segalanya, mereka bahkan kehilangan kesempatannya untuk tersenyum kembali. Kehidupan ini berjalan sangat cepat, seseorang yang dulu ada dan sangat nyata, dalam hitungan detik, di tempat ini, dianggap pergi dan tak ada lagi. Sangat menakutkan bahwa di suatu saat di masa depan saya pun akan seperti itu.
Saya ingin mempercayai bahwa kehidupan ini ada maknanya, saya ingin bertahan melalui semua kesulitan. Saya ingin percaya bahwa kehidupan menguji manusia dan mendewasakan pikiran kita. Saya ingin menghapus prasangka buruk saya pada hidup ini dan tidak mempedulikan perkataan setan yang menggoda saya untuk menangis. Saya ingin tersenyum pada kesedihan dan berjalan penuh kemenangan pada kemalangan. Di masa depan, apabila saya bersedih dan menangis terlalu banyak, saya harus pergi kesini lagi dan mengingat hari ini. Kalau perlu saya harus pergi ke daerah kumuh dimana kaum marjinal hidup dengan tawa tanpa hiburan. Saya juga harus pergi ke pemakaman, tempat akhir kehidupan yang harusnya mampu menampar muka saya dan menyadarkan saya betapa bodohnya saya telah menyia-nyiakan kehidupan seolah saya memiliki kesempatan kedua.
Saya sadar kehidupan ini akan lebih baik apabila orang di dalamnya bersyukur dan terus saling menyodorkan tangan satu sama lain. Di tempat saya duduk sekarang, saya ingin berkata pada diri sendiri meskipun kamu telah banyak menderita, selalulah bersyukur, penderitaanmu tidak seberapa. Tersenyumlah pada kehidupan, kehidupan ini harus terus berjalan, sampai nanti kamu lelah dan Tuhan memanggilmu kembali ke sisiNya.
Comments
Post a Comment