Skip to main content

Orang Tua

Saya merasa orangtua saya sukses membina saya. Karena tanpa disadari saya ingin calon suami saya memiliki sikap yang seperti ayah saya, dan kelak saya juga ingin menjadi seorang ibu seperti ibu saya.

Sikap yang selalu saya kagumi dari ibu adalah kepandaiannya dalam bersikap. Mungkin waktu juga yang menempanya. Yang jelas saya ingin menjadi ibu seperti beliau. Ketika kecil, hati saya selalu deg-degan sewaktu disuruh berbicara sesuatu yang sulit untuk dibicarakan dengan orang lain, tapi ibu mengajari saya. Saya kadang bertanya “gimana ngomongnya?” kepada ibu saking saya bingung. Atau malah ibu saya membaca roman muka saya dan bilang “nanti bilang aja kaya gini…..”.

Ketika seorang ibu mempunyai tiga orang anak dan di meja ada tiga potong kue, seorang ibu akan berkata bahwa ia tidak suka kue. Ibu saya selalu begitu, beliau selalu mementingkan anaknya, sehingga kini saya merasa ibulah yang sebenarnya paling penting bagi saya. Ibu selalu memaafkan dan berada di samping saya bahkan ketika saya berbuat salah dan mengecewakannya. Tidak pernah saya melihat manusia setulus ibu. Saya pun sama seperti yang lain, di masa remaja merasa ibu sangat menyebalkan. Di masa itu Ibu selalu ingin tahu urusan personal, tukang atur, dan ngga pernah ngerti kemauan anaknya. Tapi bagian yang selalu saya lupakan dari hal itu adalah bahwa ibu sangat menyayangi saya melebihi apapun di dunia.

Saya ingat sayup merdu lantunan ayat suci Al-Qur’an yang kerap dibacakan ibu saya sehabis shalat, menentramkan hati, membuat saya terbuai dan kadang saya terlalu rileks hingga tanpa peringatan mata saya menutup perlahan. Terlalu nikmat.
Orang bilang di mata seorang ayah, sudah beranjak dewasa pun kita akan tetap menjadi gadis kecilnya. Ayah akan selalu melindungi gadis kecilnya. Sosok laki-laki pertama yang muncul di kehidupan semua anak perempuan.

Saya ingat beberapa waktu lalu saya mengeluh pada ibu kalau kuliah itu cape. Ibu hanya menyarankan saya untuk istirahat. Tapi beberapa hari kemudian ayah telpon, jarang sekali ayah mengontak saya. Beliau menanyakan kabar saya dan bilang “Namanya orang mau sukses emang harus cape dulu. Kalau cape jangan terlalu dirasa-rasa. Jangan terlalu banyak dikeluhkan. Semangat aja!”. Pasti ibu cerita ke ayah.

Saya hanya menjawab singkat “ya..”, tapi dibalik genggaman handphone, air mata saya mengalir. Saya merasa sedih sekaligus merasa sangat terberkahi memiliki seorang ayah yang selalu mensupport saya dari arah manapun.

Ayah mungkin bukan sosok yang dituliskan di cerita motivasi-motivasi yang ketika dibaca bisa membuat kita menangis. Ayah tidak pernah mengajak saya ke kebun binatang, ayah juga tidak membelikan boneka beruang besar, ayah mungkin tidak hapal tanggal lahir saya.

Tapi ayah saya memberikan apa yang saya butuhkan dan akan memastikan kalau saya baik-baik selalu. Ayah mengantar saya ke sekolah, ayah mengajak saya berbelanja keperluan kerjanya dihari minggu, dan ayah orang yang selalu membanggakan anak-anaknya didepan teman-temannya. Hingga kini saya pun bangga pada ayah.

Terimakasih untuk ayah dan ibu. Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...