Aku masih bingung darimana aku dilahirkan. Aku bertanya pada ibuku, aku memanggilnya mamih. Tidak ada orang yang mengajariku untuk memanggilnya mamih, aku juga lupa bagaimana awalnya hingga sekarang panggilan itu melekat dan aku terbiasa. Aku bertanya pada mamih. “Mih, aku lahir darimana sih?” Mamih hanya tersenyum. “Nanti kalau kamu sudah besar, kamu akan tahu sendiri.” Itu membuatku semakin penasaran. Kenapa harus menunggu aku besar, dan dari siapa aku akan tahu. Aku mencari lubang yang mungkin, dan satu-satunya lubang yang ku tahu adalah anus. Polosnya. Aku lantas berpikir, aku lahir bersama kotoran. Aku juga sedikit takut bagaimana jika suatu saat aku buang air besar yang kukeluarkan adalah bayi. Pertanyaan selanjutnya adalah aku bingung bagaimana aku bisa terbentuk. Guru agamaku saat itu menjelaskan bahwa manusia tercipta dari tanah. Aku mencari tanah lempung, kubentuk menjadi orang-orangan, tapi aku bingung kenapa tanah lempung itu tidak bisa berubah wujud menjadi sepertiku, manu
attempting to be the place where thought can float