Dari judulnya uda bisa ketebak kan apa yang mau aku bicarain. Ngga ada harapan apa-apa aku nulis ini. Ini cuma unek-unek tampungan, tapi kaya bisul pecah dia sekarang bucat.
Jari tangan kalian ada 10 kan? Bahkan kalau jari kalian hanya lima pun, masih bisa ko ngitung berapa jumlah mahasiswa yang ngga punya laptop, bahkan komputer deh. Apa di otak kalian tebersit bahwa mereka kaum marjinal, yang ngga mampu? Mereka mampu. Buktinya, mereka masuk PTN lewat jalur SNMPTN, ngga mau lewat jalur Bidik Misi, apa kata mereka? Orangtua saya mampu ko! Dan selama masih mampu, ngga perlu deh dapet beasiswa ngga mampu. Padahal kalau mereka mau, mereka bisa ko ‘membidik misi’.
Mulia yah? Mereka ngga sombong lagi, malah aku yang ter-wow wow karena masih ada ya yang nolak duit atas nama prinsip hati. Mereka kadang terseok(lebay biar dramatis), repot bulak balik warnet cuma buat tugas yang minta diketik di atas laptop. Aku uda nawarin buat pake laptop aku dulu, cuma sesekali mereka mau, dan itupun kalau kepepet.
Jajan juga ngga bisa bebas. Uang terbatas. Memprihatinkan? Ya kalau dirasain pake hati sih iya. Tapi kalau pake otak, ini hidup men, hidup ngga pernah make hati tapi pake logika. Duit berkuasa, dia raja.
Oke ibarat adegan sinetron, mari kita pindah lokasi, dengan orang berbeda yang berkaitan. Ada beberapa di antara kita masuk lewat jalur ehem maaf Bidik Misi, dan mereka ternyata mampu. Malah terbilang kaum hedonisme. Laptop ada, motor punya, makan KFC dong, nongkrong mall lah..
Kontradiktif yah? Dan rasanya ironis setengah kesel kalau ada orang bangga sama beasiswa ngga mampu, sedangkan disekitarnya masih ada yang keperihan. Mereka sakit hati? Jelas! Mereka relain hidup dalam susah hanya untuk orang yang susah. But in the fact, you know lah..
Nah, kawanku yang budiman, kalau aku sih sakit hati pas lagi moto orang miskin atau motret kemiskinan(dengan retina mata atau kamera). Aku bisa sampe berkaca-kaca loh, serius ini. Kadang hati aku bermonolog gini : Mereka harusnya ngga dorong gerobak, mereka bisa ko pegang buret. Mereka harusnya ngga manggul karung berat itu, mereka bisa menyandang tas berisi buku. Mereka harusnya ngga ngorek-ngorek sampah, mereka bisa ko duduk di kelas kimia industri dan bersama-sama bermimpi jadi pengusaha pengolahan sampah. Kesempatan, hanya kata itu yang ngga mereka miliki. Mereka mereka itu yang harusnya lebih sakit hati.
Well, ngga guna lah mencari siapa yang salah. Buat yang merasa sakit hati, kalian harus sukses!
Dan buat yang tersinggung kalian harus sukses juga! Harus jadi orang kaya, terus nanti ngebeasiswain orang lain yah.. kasarnya tebus dosa lah uda ngambil kesempatan orang, hehehe.
Buat aku sendiri, aang kamu harus sukses! Harus punya banyak panti, yayasan gratis, dan taman baca.
Ayoo kita sama-sama sukses kawan! Ya Allah, bantu kami ya Allah!
Jari tangan kalian ada 10 kan? Bahkan kalau jari kalian hanya lima pun, masih bisa ko ngitung berapa jumlah mahasiswa yang ngga punya laptop, bahkan komputer deh. Apa di otak kalian tebersit bahwa mereka kaum marjinal, yang ngga mampu? Mereka mampu. Buktinya, mereka masuk PTN lewat jalur SNMPTN, ngga mau lewat jalur Bidik Misi, apa kata mereka? Orangtua saya mampu ko! Dan selama masih mampu, ngga perlu deh dapet beasiswa ngga mampu. Padahal kalau mereka mau, mereka bisa ko ‘membidik misi’.
Mulia yah? Mereka ngga sombong lagi, malah aku yang ter-wow wow karena masih ada ya yang nolak duit atas nama prinsip hati. Mereka kadang terseok(lebay biar dramatis), repot bulak balik warnet cuma buat tugas yang minta diketik di atas laptop. Aku uda nawarin buat pake laptop aku dulu, cuma sesekali mereka mau, dan itupun kalau kepepet.
Jajan juga ngga bisa bebas. Uang terbatas. Memprihatinkan? Ya kalau dirasain pake hati sih iya. Tapi kalau pake otak, ini hidup men, hidup ngga pernah make hati tapi pake logika. Duit berkuasa, dia raja.
Oke ibarat adegan sinetron, mari kita pindah lokasi, dengan orang berbeda yang berkaitan. Ada beberapa di antara kita masuk lewat jalur ehem maaf Bidik Misi, dan mereka ternyata mampu. Malah terbilang kaum hedonisme. Laptop ada, motor punya, makan KFC dong, nongkrong mall lah..
Kontradiktif yah? Dan rasanya ironis setengah kesel kalau ada orang bangga sama beasiswa ngga mampu, sedangkan disekitarnya masih ada yang keperihan. Mereka sakit hati? Jelas! Mereka relain hidup dalam susah hanya untuk orang yang susah. But in the fact, you know lah..
Nah, kawanku yang budiman, kalau aku sih sakit hati pas lagi moto orang miskin atau motret kemiskinan(dengan retina mata atau kamera). Aku bisa sampe berkaca-kaca loh, serius ini. Kadang hati aku bermonolog gini : Mereka harusnya ngga dorong gerobak, mereka bisa ko pegang buret. Mereka harusnya ngga manggul karung berat itu, mereka bisa menyandang tas berisi buku. Mereka harusnya ngga ngorek-ngorek sampah, mereka bisa ko duduk di kelas kimia industri dan bersama-sama bermimpi jadi pengusaha pengolahan sampah. Kesempatan, hanya kata itu yang ngga mereka miliki. Mereka mereka itu yang harusnya lebih sakit hati.
Well, ngga guna lah mencari siapa yang salah. Buat yang merasa sakit hati, kalian harus sukses!
Dan buat yang tersinggung kalian harus sukses juga! Harus jadi orang kaya, terus nanti ngebeasiswain orang lain yah.. kasarnya tebus dosa lah uda ngambil kesempatan orang, hehehe.
Buat aku sendiri, aang kamu harus sukses! Harus punya banyak panti, yayasan gratis, dan taman baca.
Ayoo kita sama-sama sukses kawan! Ya Allah, bantu kami ya Allah!
wah sayang sekali ga bisa di share..
ReplyDeletepadahal pengen aku share..
nice blog aang
your blog inspiring me :)