Skip to main content

Posts

Insecurity soal punya anak

Kadang, di tengah malam yang tenang, setelah scrolling TikTok parenting dan baca berita Indonesia gelap, saya suka mikir sendiri: “Yakin nih saya mau punya anak?” Pertanyaan itu bukan muncul karena saya gak suka anak-anak. Saya suka sekali anak-anak —terutama yang lucu, pinter, dan bisa dikembalikan ke orang tuanya setelah main. Tapi makin ke sini, keinginan punya anak justru diselimuti awan tebal bernama…  insecurity . Saya membayangkan, suatu hari nanti anak saya bikin thread viral di Sosmed X (atau apapun namanya nanti), judulnya: “Kenapa ortuku tega melahirkanku ke dunia penuh entropi dan anti-revolusi ini?” Langsung terkencar-kencar. Bisa-bisa dia jadi anak yang pegal hati karena dilahirkan, dia pasti sama seperti saya yang membenci struktur makroekonomi maupun jejak karbon dirinya. Dia pasti mempertanyakan keputusan saya, dan saya belum punya jawaban ilmiah apa pun. Kecuali satu: Karena bapaknya orang baik, dan orang baik itu gak boleh punah. Next masalahnya, saya dan suami...
Recent posts

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...

Entry 4 - Gratitude Journal: Happy Memories

Write about the memories that made you happy! Aku tumbuh dan dibesarkan dengan baik oleh ayah ibuku. Banyak kenangan indah yang bisa aku jadikan sebagai mantra Patronus-ku. Sangat sulit memilih mana yang bisa aku jadikan mantra utama penangkal duka lara. Kalau aku meninggal, core memoriesku mungkin bisa menentukan mana best of the best memories, kalau sekarang masih bingung milihnya. Aku suka hari-hari kenaikan kelas, pembagian raport, dan wisuda. Karena ada kebahagiaan terlimpah ruah setelah bisa melewati kesulitan berlevel, ada kesenangan terpancar saat kita bisa mengukir senyum bangga orang tua. Momen itu yang menjadi batu pondasi kalau kelak aku lupa apa itu rasanya bagaia. Momen bahagia baru terasa setelah serentetan lelah dan luka kita lalui, kita naik level, kita jadi lebih baik. Dan kenangan itu membuatku bahagia. Aku juga suka hari-hari normal yang berlalu dengan penuh kedamaian. Ada kewarasan yang tersimpan dalam sebuah rutinitas. Ada rasa aman ketika tahu kita bisa beristir...

Entry 3 - Gratitude Journal: Most Grateful For

What person in your life are you most grateful for? What do you admire about them? Siapa orang yang paling kamu syukuri ada di hidupmu? Apa yang kamu kagumi darinya? Sebagai seorang anak, aku selalu bersyukur karena terlahir dari rahim seorang ibu yang sholehah. Dari senyum ibuku, lahir ketenangan. Dari do'a tulusnya, terbuka jalan yang dipermudah. Dari keberadaannya saja, dunia terasa baik-baik saja. Dari ridho ibu, ridho Allah pun terasa dekat. Sebagai seorang perempuan, aku kagum pada kekuatannya, begitu kuatnya ia menjalani takdir yang tak selalu ramah. Aku kagum pada kesabarannya untuk menikmati segala sesuatu diantara ketidaknikmatan yang khidmat. Aku mengagumi kebaikannya yang tulus, kalau ada seseorang yang pantas didaulat menjadi Menteri Sosial, itu adalah ibuku. Sebagai seorang manusia, aku mengagumi ibuku karena beliau sosok yang kehadirannya dirindukan. Aku tahu teman-temannya sering menanyakan kehadirannya yang alfa, atau ketika beliaulah yang selalu dicari dan ditany...

Catatan Rihlah 2.0

Apakah kau rasakan semilir angin yang menerpa wajahmu itu melantunkan deraian syukur? Tidakkah kau mencerap daun yang kelelahan dan ranting yang gelisah itu juga membisikkan pujian dan pengagungan? Sudahkah kau mendengarnya? Dari sudut kota yang kelimpungan dan bahu jalan yang tersisih? Dari kelengangan atap langit yang mengantuk dan gemersik pasir yang merebah riuh? Pernahkah kau berusaha mendengarkan? Atau telingamu terlalu sibuk membisukan hatimu? Apakah kau merasa aman ketika napasmu hanya titipan? Bisakah kau baik-baik saja ketika pemilik napasmu memintanya kembali? Tidak usah kau mengangkat kepalamu yang penuh cemas itu. Bersujudlah kepalamu di mana jasadmu dibaringkan. Lucuti pekik perang dan rayuan. Kembalilah tanpa apa atau siapa, tinggalkan ke ruang penuh pengagungan. Percayalah, setiap do'a sampai tak tersia-sia. Tetes air matamu dijanjikan akan melepas semua kenistaan. Tunduk dan memohonlah. Menangislah dengan ikhlas. Benamlah rindu dalam rintihmu. Kabarkan cinta dalam ...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...

Semarang dan Membesarkan Anak

Halo, Semarang. Pada tahun 2018, aku ingin membesarkan anakku di Semarang. Walau sampe sekarang, anak itu masih gak ada wujudnya, karena suami aja belum punya. Wkwk, ini semua berawal dari Pak Dermawan, salah satu dosen yang berasal dari Semarang. Beliau kepribadiannya bagus, saking bagusnya cukup untuk meyakinkanku untuk membesarkan anak di Semarang. Waktu di kelas Pak Dermawan nyeritain SMA-nya, yang juga ternyata ada dua menteri tenar kesukaanku merupakan alumni sana, yak Bu Sri Mulyani Indrawati dan Bu Retno Marsudi~ Keren kan Semarang! Aduh aang ini ya, suami belum punya tapi udah mikir anak nanti masuk SMA mana. Aku memang terlalu visioner! Hiihihhi. Fast forward 2022, keinginan itu masih sama. Malah makin mantap sih. Inilah dimana aku akan menceritakan sebuah kejadian di bis Haryanto dalam perjalanan pulang dari Semarang ke Cikampek. Jadi gini... Saat imlek, biasanya aku dan sobatku melanglang buana karena memang Chinese New Year memiliki ruang di hati kami sehingga layak un...